Tugas Rekayasa Pantai



BAB I
PENDAHULUAN

Laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil merupakan kawasan yang sangat berpotensi terjadinya bencana. Bencana yang paling banyak kita temui didaerah pesisir adalah kerusakan akibat gempa bumi, tsunami, banjir pasang surut, sedimentasi, dan abrasi. Gempa bumi sering terjadi di kawasan pesisir dan sekitar pulau-pulau kecil, bahkan episentrumnya seringkali berpusat di wilayah laut.
Posisi Indonesia yang terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik dunia yaitu: Lempeng Australia di selatan, Lempeng Euro-Asia di bagian barat dan Lempeng Samudra Pasifik di bagian timur, menjadikan Indonesia rawan terkena gempa bumi.
Secara umum kerusakan yang terjadi akibat bencana tidak sedikit. Disamping kerusakan bangunan fisik, ekosistem pesisir pun menjadi rusak berat. Masalah sedimentasi dan abrasi dirasakan sangat mengganggu aktivitas pengembangan dan pemanfaatan wilayah pesisir. Misalnya dengan adanya konversi lahan hutan bakau menjadi tambak tanpa pertimbangan yang tepat pada gilirannya akan memicu laju sedimentasi dan abrasi secara tidak terkendali. Besarnya potensi bencana jika tidak disertai dengan tingkat kesiapsiagaan masyarakat pesisir dalam mengantisipasi potensi bencana akan berakibat pada besarnya jumlah korban jiwa dan kerusakan yang terjadi di wilayah pesisir. Kurangnya perencanaan yang berbasis mitigasi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut. 
Kerusakan lingkungan pesisir akibat bencana dapat diminimalisasi dengan berbagai cara. Salah satunya dengan melakukan upaya mitigasi bencana berbasis pengelolaan ekosistem dan sumberdaya yang ada dikawasan lingkungan pesisir yang dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk mengatasi degradasi lingkungan pesisir yang terus berlangsung. Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah-langkah yang sistematis dan menyeluruh sebelum dilakukan pengembangan dan pemanfaatan dalam skala yang lebih luas.








BAB II
BANGUNAN  PEMECAH GELOMBANG (BREAKWATER)
2.1   LANDASAN TEORI
2.1.1 Pengeertian Breakwater
Pemecah gelombang atau dikenal juga sebagai Pemecah ombak atau bahasa inggris breakwater adalah perasarana pemecah ombak/gelombang, dengan menyerap sebagian energi gelombang. Pemecah gelombang digunakan untuk mengendalikan abrasi yang menggerus garis pantai dan untuk menenangkan gelomkbang dipelabuhan sehingga kapal dapat merapat dipelabuhan dengan lebih mudah dan cepat.
Pemecah gelombang harus di desain sedemikian sehingga arus laut tidak menyebabkan pendangkalan karena pasir yang ikut dalam arus mengendap di kolam pelabuhan. Bila hal ini terjadi maka pelabuhan perlu dikeruk secara regular.
Sebenarnya breakwater atau pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi dua macam pemecah gelombang sambung pantai dan lepas pantai. Tipe pertama banyak digunakan paperairan pelabuhan sedangkaln tipe kedua untuk perlindungan pantai terhadap erosi. Secara umum kondisi perencanaan kedua adalah sama, hanya pada tipa pertam perlu ditinjau karakteristik gelombang dibeberapa lokasi disepanjang pemecah gelombang, seperti halnya pada perencanaan groin dan jetty. Penjelasan lebih rinci mengenai peemecah gelombang sambung pantai lebih lebih cenderung berkaitan dengan pelabuhan dan bukan dengan perlindungan pantai terhadap erosi.
Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan yang dibuat sejajar pantai dan berada pada njarak tertentu dari garis pantai. Pemecah gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk perlindungan pantai terhadap erosi dengan menghancurkan energy gelombang sebelum sampai ke pantai, sehingga terjadi endapan dibelakang bangunan. Endapan dapat menghalangi transport sedimen sepanjang pantai.
Seperti disebutkan diatas bahwa pemecah elombang lepas pantai dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai, maka tergantung pada panjang pantai yang dilindungi, pemecah gelombang lepas pantai dapat dibuat dari satu pemecah gelombang atau suatu seri bangunan yang terdiri dari beberapa ruas pemecah gelombang yang dipisahkan oleh celah.
2.1.2 Fungsi breakwater
Bangunan ini berfungsi untuk melindungi pantai yang terletak dibelakangnya dari serangan gelombang lepas pantai terjadi berkurangnya energy gelombang yang sampai diperairan dibelakang bangunan. Karena pemecah gelombang ini dibuat terpisah kearah lepas pantai, tetapi masih didalam zona gelombang pecah (breaking zone). Maka bagian sisi luar pemecah gelombang memberikan perlindungan dalam meredam energy gelombang sehingga gelombang dan arus diibelakangnya dapat dikurangi.
Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan peredam gelombang sebagian energinya dipantulkan (refleksi), sebagian diteruskan (transmisi) dan sebagian dihancurkan (dissipasi) melalui pecahnya gelombang, kekentalan fluida, gesekan dasar dan lain-lainya. Pembagian besarnya energy gelombang yang dipantulkan, dihancurkan dan diteruskan tergantung karakteristik gelombang dating (periode, tinggi, kedalaman air), tipe bangunan peredam gelombang (permukaan halus dan kasar, lulus air dan tidak lulus air) dan geometik bangunan peredam (kemiringan, elevasi, dan puncak bangunan).
Berkurangnya energy gelombang di daerah terlindung akan mengurangi pengiriman sedimen didaerah tersebut. Maka pengiriman sedimen sepanjang pantai yang berasal dari daerah di sekitarnya akan diendapkan dibelakang bangunan. Pantai dibelakang struktur akan setabil dengan terbentuknya endapan sedimen tersebut.
2.1.3          Material
Untuk materal yang digunakan tergantung dari bangunan sendiri. Seperti halnya bangunan pantai dilihat dari bentuk seterukturnya bias dibedakan menjadi dua tipe yaitu: sisi tegak dan sisi miring.
Untuk tipe sisi tegak pemecah gelombang bi8sa dibuat dari material-material seperti pasangan batu, sel turap baja yang di dalamnya diisi tanah atau batu, tumpukan buis beton, dinding turap baja atau beton, kaison beton dan lainsebagainya.
Dari beberapa jenis tersebut, beton merupakan material yang paling umum dijumpai pada konstruksi bangunan pantai sisi tegak. Kiaison beton pada pemecah gelombang lepas pantai adalah konstruksi bentuk kotak daroi beton bertulang yang di dalamnya diisi pasir atau batu. Pada pemecah gelombang sisi tegak kaison beton diletakkan diatas tumpukan batu yang berfungsi sebagai pondasi. Untuk menanggulkangi ketrusakan pada pondasi makan dibuat perlindungan kaki yang terbuat dari8 batu atau belok beton.
Sementara untuk tipe bangunan sisi miring, pemecah gelombang lepas pantai bias dibuat dari beberapa lapisan material yang ditumpuk dan di bentuk sedemukian rupa (pada umumnya apabila dilihat potongan melintangnya membentuk trapesium) sehingga terlihat seperti sebuah gundukan batu besar, dengan lapisan terluar dari material dengan ukuran butiran sangat besar.
Konstruksi dari beberapa lapisan yaitu:
1.       Inti (core) pada umumnya terdiri dari agregat galian kasar, partikel-partikel halus dari debu dan pasir.
2.       Lapisan bawah pertama (under lasyer) disebut juga lapisan penyaring (filter layer) yang melindungi bagian inti (core) terhadap penghanyutan material, biasanya terdiri dari potongan-potongan tunggal batu gengan berat bervariasi dari 500 kg sampai 1 ton.
3.       Lapisan pelindung utama (main armor layer) seperti namanya merupakan pertahanan utama dari pemecah gelombang terhadap serangan gelombang pada lapisan inilah biasanya batu-batuan ukuran besar dengan berat antara1-3 ton atau bias juga menggunakan batu buatan dari beton dengan bentuk khusus dan ukuran yang sangat besar seperti tetrapod, quadripod, dolos, tribar, xbloc accropode dan lain-lain.
Kecuali beberapa unit dengan banyak lubang dengan menggunakan perkuatan serat baja. Untuk unit-unit yang lebih kecil, seperti dolos dengan rasio keliling kecil, berbagai tipe dari beton berkekuatan tinggi dan beton bertulang (tulangan konvensional, prategang, fiber, besi, profil-profil baja) telah dipertimbangkan sebagai solusi untuk meningkatkan kekuatan seteruktur unit-unit batu buatan ini. Tetapi solusi-solusi ini secara umum kurang hemat biaya, dan jarang digunakan.
Seiring perkembangan jaman dalam konstruksi pemecah gelombang lepas pantai juga mengalami perkembangan belakangan juga di kenal konstuksi pemecah gelombang komposit. Yaitu dengan menggabungkan bangunan sisi tegak dan bangunan sisi miring. Dalam penggunaan material pun dikombinasikan misalnya antara kaison beton dengan batu-batuan sebagai pondasinya.
Selain itu pula terdapat bangunan pemecah gelombang dari potongan bambu yang dianyam, dan dari banl-ban bekas yang biayanya lebih murah namun dipertanyakan mengenai ramah lingkungannya.
Breakwater bentuk kubus untuk melindungi daerah pantai dari serangan gelombang, seatu pantai memerlukan bangunan peredam gelombang. Peredam gelombang adalah suatu bangunan yang bertujuan untuk mereduksi atau menghancurkan energy gelommbang. Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan peredam gelombang sebagian energinya akan dipantulkan (refleksi), sebagian diteruskan (transmisi) dan sebagian dihancurkan (dissipasi) melalui poecahnya gelombang, kekentalan fluida, gesekan dasar dan lain-lainya. Pembagian besarnya energy gelombang yang dipantulkan, dihancurkan dan diteruskan tergantung karakteristik gelombang dating (periode tinggi kedalaman air), tipe bangunan peredam gelombang (permukaan halus dan kasar).
Peredam gelombang bentuk kubus adalah merupakan peredam gelombang yang mempunyai permukaan lebih kecil/sempit dikarenakan cara pemasangannya disesuaikan dengan sifat dan arah datangnya gelombang, sehingga menyebabkan gelombang, dengan cara pemasangan  sudut mengharaap arah datangnya gelombang. Gelombang akan dipecah oleh sudut kubus sehingga energy yang dibawa oleh gelombang berkurang, seterusnya energy yang dibawa oleh gelolmbang berkurang, seterusnya energy yang sudah tereduksi diterima kembali oleh kubus dibelakangnya, demikian seterusnya sampai gelombang laut benar-benar berkurang energinya.









                                                                            BAB III
METOE PELAKSANAAN KONSTRUKSI
3.1          Macam-macam metode
Ada berbagai macam metode dalam pelaksanaan pembangunan konsteruksi pemeah gelombang lepas pantai baik itu sisi tegak maupun sisi miring. Untuk sisi tegak ada sebuah metode pelaksanaan yang cukup unik pada sebuah konstruksi pemecah gerlombang kaison. Metode ini agak berbeda dan sempat menjadi pertentangan pada saat ditemukan.
Adapun gambaran umum metode pelaksanaan sebagai berikut:
·         Kaison yang dibuat dari beton pracertak diletakkan dipermukaan air dengan bagian dasarnya yang terbuka menghadap kebawah. Dengan mengatur tekanan udara didalam kaison, maka tingkat pengapunganya dapat dikendalikan untuk memastikan stabilitas dan mengatur aliran udaranya selama pemindahan ke lokasi pemasangan.
·         Adpun untuk proses pemindahan kaison kelokasi pemasangan bias dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan didorong menggunakan sebuah tugboat.
·         Pada saat sudah berada dilokasi pemasangan, udara didalam kaison dikeluarkan dan kaison ditenggelamkan ke dasar laut dengan mengandalkan dan berada pada posisi yang telah direncanakan, maka kaison diisi dengan material pengisi untuk meningkatkan kekuatan seterukturnya.
·         Karena kaison terbuka dibagian dasarnya maka bagian ujungnya hanya mempunyai luasan permukaan yang sangat kecil jika dibandingkan dengan area yang dicakup oleh kaison itu sendiri. Luas permukaan ujung yang kecil ini digabungkan dengan berat kaisonyang besar mengakibatkan kaison lebih mudah ditenggelamkan hingga menancap ke dasar laut dengan kedalaman yang cukup. Ini untuk memastikan kaison dapat menahan pergerakan horizontal dari seteruktur setelah dipasang. Disamping itu juga dimaksudkan agar material dasar laut yang berada dalam cakupan kaison dapat dijadikan sebagai bahan pengisi kaison itu sendiri sebagai salah satu solusi menghemat pemakaian material pengisi.
·         Sedangkan jika tanah di dasar laut terlalu lunak untuk mendukung kaison selama pengisian dan setelah dinding-dinding vertical menembus dasar laut sampai kedalaman yang diinginkan, penurunan selanjutnya dapat dicegah dengan memelihara udara bertekanan yang ada didalam kaison.
·         Kaison itu kemudian diisi dengan cara memompa masuk material kerukan melalui suatu lubang masuk. Ketika material kerukan seperti lumpur dan/atau pasir dipompa masuk kedalam kaison, udara bertekanan yang tersisa dalam kaison itu dikurangi seperti yang dilakukan pada air yang mengisi kaison, sehingga stuktur itu berada dibawah dukuyngan hidrolik sementara .
·         Pada akhirnya sebuah kaison itu cukup diisi dengan material padat, maka lubang-lubang udara dan hidrolik ditutup dengan beton atau material lain
Sedangkan untuk tipe bangunan sisi miring metode pelaksanaannya tidak jauh berbeda dengan bangunan pelindung pantai lainya seperti groin dan jeti yang juga mengggunakan konstruksi sisi miring. Yang membedakan hanya cara pemindahan material dan alat-alat beratnya saja. Karena pemecah gelombang lepas pantai maka untuk pemindahan material dan berbeda pada jara tertentu dari garis pantai maka untuk pemindahan material dan alat berat ke lokasi pemasangan menggunakan alat transportasi air misalnya kapal atau tongkang pengangkut material. Adapun metode pelaksanaannya dapat dipilih per lapisan sebagai berikut:
·         Untuk lapisan inti (core) material ditumpahkan ke dalam laut menggunakan dump truk. Ntuk memudahkan penimbunan material truk, bagian inti (core) idealnya mempunyai lebar 4-5 meter pada bagian puncak dan kira-kira 0,5 meter di atas menengah permukaan laut, ketika ada suatu daerah pasang surut yang besar, sebaiknya berada diatas level tertinggi air pasang.
·         Lapisan bawah pertama (under layer) yang terdiri dari potongan-potongan tunggal batu. Penemp[atan batu-batu lapisan ini dapat  dilakukan menggunakan ekskavator hidrolis, selain itu juga bisa menggunakan sebuah mobile crane normal jika tersedia ruang yang cukup untuk landasannya. Jangan pernah menggunakan crane dengan ban karet pada lokasi yang tidak rata tanpa landasan yang cukup luas. Ekskavator harus menempatkan bantuan yang lebih berat secepat mungkin sehingga bagian inti (core) yang mengalaminya, maka ada suatu bahaya yang serius pada bagian inti (core) tidak meengalami hempasan ombak. Jika suatu ombak badai mengenai lokasi dimana terlalu banyak bagian inti (core) yang mengalaminya, maka ada suatu bahaya yang serius pada bagian inti (core) yaitu penggerusan material.
·         Lapisan pelindung utama (main armor layer). Dalam pelaksanaan penempatan batu maupun batu-batuan dapat menggunakan crawler crane (crane penggerak roda kelabang) atau traked crane (crane degan rel). crane jenis tersebut adalah alat berat yang paling cocok untuk pekerjaan menempatkan batuan berukuran besar. Batu-batu yang besar harus ditempatkan didalam air dengan pengawasan dari seorang penyelam. Ia harus ditempatkan satu demi satu berdasar urutannya untuk memastikan ia saling berkesinambungan. Hal ini untuk meyakinkan bahwa ombak tidak bisa menarik suatu ke luar, yang menyebabkan batu-batu pada bagian atas longsor, menerobos lapisan pelindung dan mengakibatkan terbukanya bagian bawah yang batuannya lebih kecil.
·         Untuk memastikan bahwa batu-batu ditempatkan dengan baik, penyelam tadi perlu mengarahkan oprator crane setiap kali suatu batu ditempatkan sampai lapisan pelindung ini menerobos permukaan air. Sama seperti lapisan bawah, diperlikan dua lapisan pelindung untuk menyelesaikan lapisan pelindung utama. Profil kemiringan dapat diatur pada interval tetap 5 m menggunakan prosedur yang sama.
Cara pemasangan kubus:
Cara pemasangan breakwater berdasarkan survey yang dilakukan untuk mengetahui sifat dari gelombang antara lainyang harus diperhatikan adalah arah datangnya gelombang, tinggi gelombang dan countour tanah sebagai fonasi untuk pemasangan kubus. Setelah mengetahui sifat dari gelombang maka dapat ditentukan dimensi kubus, demikian juga setelah mengetahui countour  tanah maka diketahui bagaimana cara membuat leveling sebagai fondasi tanah.
Pada tahap pemasangan yang harus diperhatikan adalah jadwal pasang surut laut, hal ini akan mempengaruhikerja pemasangan kubus yang memerlukan ketelitian agar kubus dapat terpasang saling mengait dan dapat duduk tepat pada posisinya. Apabila pemasangan selesai maka akan terlihat keindahan dan kerapihan, bahkan apabila telah terjadi sedimen yang cukup maka kubus-kubus tersebut dapat dipindahkan ketempat lain yang memerlukan.
Ada beberapa keuntungan breakwater model kubus,
1.       Pembuatanya sangat mudah
2.       Wahtu pembuatannya cepat
3.       Bila penggunaan dianggap cukup, kubus dapat dipindah ketempat lain
4.       Punya nilai estetika yang baik.
Dengan demikian penggunaan breakwater model kubus sngat tepat pada pantai yang mengalami abrasi karena kerusakan antara lain hutan bakau ditebang untuk penggunaan lain, kadang digunakan sebagai bahan bangunan, kerusakan kawasan pantai karena polusi berupa tumbuhan minyak serta limbah lainya yang ihasilkan ulah manusia.



















BAB IV
DAMPAK LINGKUNGAN
4.1          Pengendapan sedimen
Pengendapan sedimen yang menyebabkan terbentuknya cuspate. Apabila bangunan ini cukup panjang terhadap jaraknya dari garis pantai, maka akan terbentuk tombolo.
Sedangkan pengaruh pemecah gelombang lepas pantai terhadap peruhbahan garis pantai , apabila garis puncak gelombang pecah sejajar dengan garis pantai asli, terjadi difraksi di daerag terlindung di belakang bangunan, dimana garis puncak gelombang membelok dan berbentuk busur lingkaran. Perambatan gelombang yang terdifraksi tersebut disertai dengan angkutan sedimen menuju ke daerah terlindung dan diendapkan di perairan di belakang sedimen menuju ke daerah terlindung dan diendapkan di perairan di belakang bangunan. Pengendapan sedimen tersebut menyebabkan terbentuknya cuspate dibelakang bangunan.
Apabila gelombang dating membentuk sudut garis pantai maka laju transport sedimen sepanjang pantai akan berkurang , yang menyebabkan pengendapan sedimen dan terbentuknya cuspate. Pengemndapan berlanjut sehingga cuspate terus berkembang hingga akhirnya terbentuk tombolo. Tombolo yang terbentuk akan merintangi/menangkap transport sedimen sepanjang pantai. Sehingga suplai sedimen kedaerah hilir terhenti yang dapat berakibat terjadinya erosi pantai di hilir bangunan.
Pemecah terjadi gelombang lepas pantai dpat direncanakan sedemikian  sehingga terjadi limpasan gelombang yang dapat membantu mencegah terbentuknya tombolo. Manfaat lain dari cara ini adalah membuat garis pantai dari cuspate mejadi lebih rata dan menyebar kea rah samping sepanjang pantai.
4.2          Minimalisasi dampak berbasis ekosistem
Upaya minimalisasi dan mitigasi bencana dapat dilakukan melalui pendekatan terhadap ekosistem. Ekosistem yang erat kaitannya dan perannya dalam mitigasi bencana di pesisir adalah terumbu karang, lamun dan mangrove. Terumbu Karang terutama jenis soft koral yang termasuk sebagai biota pesisir dan laut daerah dataran pantai mampu menahan laju air sebesar 0,041 m. Dengan kemampuan ini, maka koral selain memiliki tingkat produktivitas yang tinggi juga berpotensi sebagai media untuk menahan gerak dan lajunya gelombang (Weber, 1993). Fenomena tsunami, badai dan berbagai bentuk masukan dari darat juga dapat di toleransi oleh terumbu karang secara baik.
 Model mitigasi lingkungan yang dapat diterapkan dalam rangka mengatasi abrasi adalah dengan melalui penanaman kembali hutan mangrove dilokasi-lokasi yang sesuai setelah mempertimbangkan kondisi lingkungan setempat. Namun, secara umum model mitigasi dengan cara ini mengikuti tahapan sebagai berikut:
(1) Survei kondisi bio-fisik lingkungan dan penentuan lokasi percontohan
Kegiatan ini ditujukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mendukung maupun yang tak mendukung dilakukannya penanaman mangrove dan gambaran kondisi bio-fisik lingkungan.
(2) Partisipasi masyarakat
Dengan pembentukan kelompok masyarakat peduli mangrove Pembentukan kelompok ini dimaksudkan untuk lebih mengoptimalkan keterlibatan masyarakat dalam program Mitigasi Lingkungan.
(3) Penanaman mangrove
Sebelum penanaman mangrove dilakukan maka dibuat terlebih dahulu alat penahan ombak (APO) agar pertumbuhan mangrove terlindung dari hantaman gelombang. Hutan bakau (mangrove)  merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur.   Beberapa manfaat hutan mangrove  diantaranya  adalah :
·            kayunya memiliki kalori  yang tinggi sehingga dapat digunakan menjadi kayu bakar atau arang
·             kulit kayunya merupakan sumber tannin, lem ply wood, dan zat pewarna
·            daunnya dapat digunakan sebagai obat tradisional dan juga sebagai makanan ternak
·            akarnya efektif untuk me nangkap sedimen, memperlambat kecepatan arus dan erosi pantai
·            tempat mencari makan dan berlindung berbagai juvenile ikan dan hewan lainnya
·            merupakan suatu penyangga antara komunitas lautan dan pesisir. 
Hutan bakau merupakan ekosistem pesisir yang mempunyai produktivitas tinggi  mencapai 5.000 gC/m2 DKP  (200 3),  menyatakan bahwa secara ekologis, pulau-pulau kecil di daerah tropis dan subtropis sangat berasosiasi dengan terumbu karang.Hutan bakau   kadang disebut juga  hutan payau atau hutan pasang surut, umumnya memiliki v egetasi  yang  terdiri atas jenis -jenis yang selalu hijau (evergreen plant ) dari beberapa jenis tanaman yaitu  Avicennia  dan   Rhizophora.
Perakaran  hutan bakau   yang kokoh memiliki kemampuan untuk meredam pengaruh gelombang, menahan lumpur, dan melindungi pantai dari erosi, gelombang pasang, dan angin topan.  Hutan  bakau ( mangrove)  memiliki beberapa fungsi  diantaranya adalah :
·         secara f isik , dengan  menjaga dan menstabilkan garis pantai dan tepian sungai, serta mempercepat pertumbuhan lahan baru
·         secara biologi, yaitu sebagai tempat asuhan ( nursery ground ), mencari makan (feed ing ground), tempat berkembang biak berbagai jenis crustacea, ikan, burung, anggrek dan paku pakis   
·         merupakan penghasil zat hara seperti nitrogen, magnesium, natrium, kalsium, fosfor dan sulfur
·         pemanfaatan secara ekonomi dengan tujuan budidaya ikan, udang, kepiting, dan tiram;  serta
·         berpotensi sebagai kawasan pariwisata
(4) Pemeliharaan Terumbu Karang.
Terumbu karang menjadi penting dalam antisipasi bencana akibat kerusakan yang di timbulkan oleh gelombang pasang.
(5) Melakukan Pemugaran Daerah pantai.
Langkah mitigasi yang bersifat cepat, tapi tidak mampu bertahan lama adalah dengan melakukan pemugaran di sekitar bagian pantai yang sangat beresiko.
Hutan mangrove juga menjadi salah satu komponen yang mampu menghambat laju gelombang laut menuju darat. Beberapa daerah di timur sumatera seperti di Lampung Timur, Sumatera Selatan, Riau mengalami tekanan gelombang yang kuat saat musim timur. Namun berkat adanya mangrove lokasi tersebut relatif tahan terhadap abrasi pantai. Makin tebal mangrove yang ada di kawasan tersebut, maka makin tinggi juga kekuatan untuk menahan laju pergerakan gelombang, arus, dan sedimen. ekosistem mangrove juga dapat menjadi pelindung secara alami dari bahaya tsunami. Hasil penelitian yang dilakukan di Teluk Grajagan, Banyuwangi, Jawa Timur, menunjukkan adanya ekosistem mangrove telah mereduksi tinggi gelombang sebesar 0,7340, dan perubahan energi gelombang sebesar (E) = 19635,26 joule. Kehadiran sistem pertahanan pantai alamiah dapat mengurangi kekuatan gelombang tsunami yang melanda ke daratan, sehingga dapat mempersempit luas areal yang terganggu. Pengamatan di Taman Nasional Yala dan Bundala di Sri Lanka menunjukkan bahwa terumbu karang, mangrove, bukit pasir dan berbagai ekosistem lain seperti rawa gambut dapat memberikan perlindungan terhadap daratan pesisir dari gelombang tsunami dengan mengurangi energi gelombang tsunami.








Komentar

Translate

Postingan populer dari blog ini

Makalah Drainase Perkotaan

Tugas Resume Irigasi dan Bangunan Air