Tugas Resume Irigasi dan Bangunan Air
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I : TAHAP PERENCANAAN IRIGASI
A. TAHAP STUDI
1. Studi awal
2. Studi identifikasi
3. Studi Pengenalan
4. Studi kelayakan
B. Tahap Perencanaan
1. Peta topografi
2. Perencanaan pendahuluan
C. Taraf
Perencanaan Akhir
1. Pengukuran dan penyelidikan
a. Pengukuran topografi
b. Penyelidikan Geologi Teknik
c. Penyelidikan hidrolis model
2. Perencanaan dan laporan akhir
BAB II : JARINGAN
IRIGASI
A. Tingkat-tingkat
Jaringan Irigasi
1. Unsur dan tingkatan Jaringan
2. lrigasi Sederhana
3. Jaringan irigasi semiteknis
4. Jaringan irigasi teknis
BAB III : BANGUNAN IRIGASI
A. BANGUNAN
BAGI DAN SADAP
1. Bangunan Bagi
2. Bangunan Pengatur
3. Bangunan Sadap
a. Bangunan Sadap Sekunder
b. Bangunan Sadap Tersier
c. Bangunan Bagi dan Sadap kombinasi Sistem
Proporsional
4. Tata Letak Bangunan Bagi dan Sadap
a. Bentuk Menyamping
b. Bentuk Numbak
B. BANGUNAN – BANGUNAN PELENGKAP
1. Tanggul
a. Kegunaan
b. bahan
c. Debit Perencanaan
d. Trase
e. Tinggi
Jagaan
f. Lebar
Atas
g.
Kemiringan talut
h.
Stabilitas Tanggul
i. Pembuang
j.
Lindungan
2.
Fasilitas Eksploitasi
a.
Komunikasi
b. Kantor
dan Perumahan Staf
c. Sanggar
Tani
d. Patok
Hektometer
e. Patok
Sempadan
f. Pelat
Nama
g. Papan
Pasten
H. Papan
duga Muka Air
i. Pintu
j. AWLR
BAB IV : SALURAN IRIGASI
A. SALURAN
TANAH TANPA PASANGAN
1. Perencanaan Saluran yang Stabil
2. Air irigasi bersedimen di saluran pasangan
3. Aliran irigasi bersedimen di saluran tanah
a. Rumus Aliran
b. Sedimentasi
c. Erosi
4. Geometri
5. Lengkung Saluran
6. Tinggi Jagaan
7. Lebar Tanggul
8. Garis Sempadan Saluran
9. Perencanaan Saluran Gendong
10. Potongan Memanjang
a. Muka air yang diperlukan
b. Kemiringan Memanjang
11. Sipatan Penampang Saluran Tanah
B. SALURAN PASANGAN
1. Kegunaan Saluran Pasangan
2. Jenis – jenis Pasangan
a. Lining
Permukaan Keras
b. Tanah
c. Lining
Ferrocemen
C.
TEROWONGAN DAN SALURAN TERTUTUP
1. Topografi
2. Geologi
3. Kondisi Air tanah
4. Kedalaman galian
BAB V : PETAK
IRIGASI
A. Petak tersier
C. Petak primer
B. Petak sekunder
BAB I
TAHAP PERENCANAAN IRIGASI
A.
TAHAP
STUDI
Dalam Tahap Studi ini konsep proyek dibuat dan dirinci
mengenai irigasi pertanian ini pada prinsipnya akan didasarkan pada
faktor-faktor tanah, air dan penduduk, namun juga akan dipelajari berdasarkan
aspek-aspek lain. Aspek-aspek ini antara lain meliputi ekonomi rencana nasional
dan regional, sosiologi dan ekologi. Berbagai studi dan penyelidikan akan
dilakukan. Banyaknya aspek yang akan dicakup dan mendalamnya penyelidikan yang
diperlukan akan berbeda-beda dari proyek yang satu dengan proyek yang lain.
SA : Studi awal
SI : Studi identifikasi
SP : Studi pengenalan
SK : Studi kelayakan
PP : Perencanaan pendahuluan
PD : Perencanaan detail
RI : Rencana induk
Klasifikasi sifat-sifat proyek dapat ditunjukkan
dengan matriks sederhana (lihat Gambar 3.2).
'Ekonomis' berarti bahwa keuntungan dan biaya
proyek merupakan data evaluasi yang punya arti penting.
'Nonekonomis' berarti jelas bahwa proyek
menguntungkan. Faktor-faktor sosio-politis mungkin ikut memainkan peran; proyek
yang bersangkutan memenuhi kebutuhan daerah (regional).
Pada dasarnya semua proyek harus dianalisis dari segi
ekonomi. Oleh sebab itu, kombinasi 4 tidak realistis.
Sebagaimana sudah dikatakan dalam pasal
3.1, kadang-kadang dapat dibuat kombinasi antara beberapa taraf. Misalnya,
kombinasi antara taraf Identifikasi dan taraf Pengenalan dalam suatu proyek
ekaguna adalah sangat mungkin dilakukan.
Berhubung studi berikutnya akan
menggunakan data-data yang dikumpulkan selama taraf-taraf sebelumnya, adalah
penting bagi lembaga yang berwenang untuk mencek dan meninjau kembali data-data
tersebut agar keandalannya tetap terjamin. Demikian juga lembaga yang berwenang
hendaknya mencek dan meninjau kembali hasil-hasil studi yang lebih awal sebelum
memasukkannya ke dalam studi mereka sendiri.
Bagan arus yang diberikan pada Gambar 3.3 menunjukkan
hubungan antara berbagai taraf dalam Tahap Studi dan Tahap Perencanaan.
1. Studi awal
Ide untuk menjadikan suatu daerah menjadi daerah
irigasi datang dari lapangan atau kantor. Konsep atau rencana membuat suatu proyek
terbentuk melalui pengamatan kesempatan fisik di lapangan atau melalui analisa
data-data topografi dan hidrologi.
Data-data yang berhubungan dengan daerah tersebut
dikumpulkan (peta, laporan, gambar dsb) dan dianalisis; hubungannya dengan
daerah irigasi di dekatnya kemudian dipelajari. Selanjutnya dibuat rencana
garis besar dan pola pengembangan beserta laporannya. Ketelitian yang dicapai
sepenuhnya bergantung kepada data dan keterangan/informasi yang ada.
2. Studi identifikasi
Dalam Studi Identifikasi hasil-hasil Studi Awal
diperiksa di lapangan untuk membuktikan layak-tidaknya suatu rencana proyek.
Dalam taraf lapangan ini proyek akan dievaluasi sesuai
dengan garis besar dan tujuan pengembangan proyek yang ditetapkan oleh
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Tujuan tersebut meliputi aspek-aspek
berikut:
§
Kesuburan tanah
§
Tersedianya air
dan air yang dibutuhkan (kualitas dan kuantitas) populasi sawah, petani
(tersedia dan kemauan)
§
Pemasaran
produksi
§
Jaringan jalan
dan komunikasi
§
Status tanah
§
Banjir dan genangan
§
Lain-lain
(potensi transmigrasi, pertimbangan-pertimbangan nonekonomis)
Studi Identifikasi harus menghasilkan suatu gambaran
yang jelas mengenai kelayakan (teknis) proyek yang bersangkutan. Akan tetapi
studi ini akan didirikan pada data yang terbatas dan survei lapangan ini akan
bersifat penjajakan/eksploratif, termasuk penilaian visual mengenai keadaan
topografi daerah itu. Tim identifikasi harus terdiri dari orang-orang
profesional yang sudah berpengalaman. Tim ini paling tidak terdiri dari :
§
seorang ahli
irigasi
§
seorang perencana
pertanian
§
seorang ahli
geoteknik, jika aspek-aspek geologi teknik dianggap penting dan jika
diperkirakan akan dibuat waduk.
Studi Identifikasi akan didasarkan pada usulan
(proposal) proyek yang dibuat pada taraf Studi Awal. Studi Identifikasi akan
menilai kelayakan dari usulan tersebut serta menelaah ketujuh persyaratan
perencanaan yang disebutkan dalam pendahuluan pasal ini. Selanjutnya hasil dari
studi ini akan dituangkan dalam Pola Pengembangan Irigasi yang merupakan bagian
dari Pola Pengembangan Wilayah Sungai.
3. Studi Pengenalan
Tujuan utama studi ini ialah untuk memberikan garis
besar pengembangan pembangunan multisektor dari segi-segi teknis yang meliputi
hal-hal berikut :
- Irigasi, hidrologi dan teknik sipil
Pembuatan rencana induk pengembangan irigasi sebagai
bagian dari Rencana Induk Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai yang
dipadu serasikan dengan RUTR Wilayah.
- Agronomi
- Geologi
- Ekonomi
- Bidang-bidang yang berhubungan, seperti misalnya
perikanan, tenaga air dan ekologi.
- Pengusulan ijin alokasi air irigasi.
Berbagai ahli dilibatkan di dalam studi multidisiplin
ini. Data dikumpulkan dari lapangan dan kantor. Studi ini terutama menekankan
irigasi dan aspek-aspek yang berkaitan langsung dengan irigasi. Beberapa
disiplin ilmu hanya berfungsi sebagai pendukung saja; evaluasi data dan rencana
semua diarahkan ke pengembangan irigasi.
4. Studi
kelayakan
Jika perlu, Studi Kelayakan bisa didahului dengan
Studi Prakelayakan. Tujuan utama Studi Prakelayakan adalah untuk menyaring
berbagai proyek alternatif yang sudah dirumuskan dalam Studi Pengenalan
berdasarkan perkiraan biaya dan keuntungan yang dapat diperoleh. Alternatif
untuk studi lebih lanjut akan ditentukan. Pada taraf ini tidak diadakan
pengukuran lapangan, tetapi hanya akan dilakukan pemeriksaan lapangan saja.
Tujuan utama studi kelayakan adalah untuk menilai
kelayakan pelaksanaan untuk proyek dilihat dari segi teknis dan ekonomis. Studi
kelayakan bertujuan untuk :
§
Memastikan bahwa
penduduk setempat akan mendukung dilak sanakannya proyek yang bersangkutan;
§
Memastikan bahwa
masalah sosial dan lingkungan lainnya bisa diatasi tanpa kesulitan tinggi
§
Mengumpulkan dan
meninjau kembali hasil-hasil studi yang telah dilakukan sebelumnya;
§ Mengumpulkan serta menilai mutu data yang sudah tersedia;
· Para petani pemakai air sekarang
dan di masa mendatang
· Topografi
· Curah hujan dan aliran sungai
· Pengukuran tanah
· Status tanah dan hak atas air
· Kebutuhan air tanaman dan
kehilangan-kehilangan air
· Polatanam dan panenan
· Data-data geologi teknik untuk
bangunan
· Biaya pelaksanaan
· Harga beli dan harga jual
hasil-hasil pertanian
§
Menentukan data-data
lain yang diperlukan;
§
Memperkirakan
jumlah air rata-rata yang tersedia serta jumlah air di musim kering;
§
Menetapkan luas
tanah yang cocok untuk irigasi;
§
Memperkirakan
kebutuhan air yang dipakai untuk keperluankeperluan nonirigasi;
§
Menunjukkan satu
atau lebih pola tanam dan intensitas (seringnya) tanam sesuai dengan air dan
tanah irigasi yang tersedia, mungkin harus juga dipertimbangkan potensi tadah
hujan dan penyiangan; mempertimbangkan pemanfaatan sumber daya air untuk
berbagai tujuan;
§
Pemutakhiran ijin
alokasi air irigasi
§
Membuat
perencanaan garis besar untuk pekerjaan yang diperlukan; memperkirakan biaya
pekerjaan, pembebasan tanah dan eksploitasi;
§
Memperkirakan
keuntungan langsung maupun tak langsung serta dampak yang ditimbulkannya
terhadap lingkungan;
§
Melakukan
analisis ekonomi dan keuangan;
§ Jika perlu, bandingkan ukuran-ukuran alternatif dari
rencana yang sama, atau satu dengan yang lain, bila perlu siapkan neraca air
untuk rencana-rencana alternatif, termasuk masing-masing sumber dan kebutuhan, jadi pilihlah pengembangan yang
optimum.
B.
Tahap Perencanaan
1. Peta topografi
Program pemetaan dimulai dengan
peninjauan cakupan, ketelitian dan kecocokan peta-peta dan foto udara yang
sudah ada. Lebih Ianjut akan direncanakan pengukuran-pengukuran, pemotretan
udara dan pemetaan dengan ketentuan-ketentuan yang mendetail Biasanya akan
dibuat sebuah peta topografi baru yang dilengkapi dengan garis-garis tinggi
untuk proyek-itu.
Peta topografi itu terutama akan
digunakan dalam pembuatan tata letak pendahuluan jaringan irigasi yang
bersangkutan. Peta-peta topografi dibuat dengan skala 1: 25.000 untuk tata
letak umum, dan 1 : 5.000 untuk tata letak detail
Pemetaan topografi sebaiknya
didasarkan pada foto udara terbaru, dengan skala foto sekitar 1 : 10.000. Hal
ini akan mempermudah perubahan petapeta ortofoto atau mosaik yang dilengkapi dengan
garis-garis ketinggian yang memperlihatkan detail lengkap topografi Seandainya
tidak belum tersedia foto udara dan pembuatan foto udara baru akan meminta
terlalu banyak biaya, maka sebagai gantinya dapat dibuat peta terestris yang
dilengkapi dengan garis-garis tinggi .
Bila foto udara tersebut dibuat
khusus untuk proyek, maka skalanya adalah sekitar 1:10.000, digunakan baik
untuk taraf perencanaan maupun studi kelayakan. Biasanya pembuatan peta untuk
proyek irigasi seluas 10.000 ha atau lebih, didasarkan pada hasil pemotretan
udara.
2. Perencanaan pendahuluan
Tujuan yang akan dicapai oleh tahap perencanaan
pendahuluan adalah untuk menentukan lokasi dan ketinggian bangunan-bangunan
utama, saluran irigasi dan pembuang, dan luas daerah layanan yang kesemuanya
masih bersifat pendahuluan. Walaupun tahap ini masih disebut perencanaan "pendahuluan", namun harus dimengerti bahwa
hasilnya harus diusahakan setepat mungkin.
Pekerjaan dan usaha yang teliti dalam tahap
perencanaan pendahuluan akan menghasilkan perencanaan detail yang bagus.
Hasil perencanaan pendahuluan yang jelek sering tidak
diperbaiki lagi dalam taraf perencanaan detail demi alasan-alasan praktis.
Pada taraf perencanaan pendahuluan akan diambil
keputusan-keputusan mengenai:
§
Lokasi
bangunan-bangunan utama dan bangunan-bangunan silang utama. Tata letak jaringan
§
Perencanaan
petak-petak tersier
§
Pemilihan
tipe-tipe bangunan
§
Trase dan
potongan memanjang saluran
§
Pengusulan garis
sempadan saluran pendahuluan
Perekayasa juga diwajibkan untuk mencek hasil-hasil
pengukuran topografi di lapangan. Pemeriksaan ini harus mencakup hasil
pengukuran trase dan elevasi saluran yang direncana. Elevasi harus dicek setiap
interval 400 m. Ketelitian peta garis-garis tinggi harus dicek.
Selain cek trase dan elevasi saluran pencekan lapangan
harus mencakup hasil-hasil pengukuran ulang ketinggian-ketinggian penting yang
dilakukan pada tarat perencanaan pendahuluan, misalnya bangunan utama,
bangunan-bangunan silang utama, beberapa benchmark, dan alat pencatat otomatis
tinggi muka air.
Perencanaan pendahuluan meliputi:
§
Tata letak dengan
skala 1: 25.000 dan presentasi detail dengan skala 1 : 5.000
§
Potongan
memanjang yang diukur di lapangan dengan perkiraan ukuran-ukuran potongan
melintang dari peta garis tinggi serta garis sempadan saluran.
§
Tipe-tipe
bangunan
§
Perencanaan
bangunan utama
§
Perencanaan
bangunan-bangunan besar.
C.
Taraf Perencanaan
Akhir
a. Pengukuran dan penyelidikan
1. Pengukuran topografi
Pengukuran trase saluran dilakukan menyusul masuknya
hasil-hasil tahap perencanaan pendahuluan. Adalah penting bahwa untuk
pengukuran sipat datar trase saluran hanya dipakai satu basis (satu tinggi
benchmark acuan). Tahap ini telah selesai dan menghasilkan peta tata letak
dengan skala 1 : 5.000 di mana trase saluran diplot.
Ahli irigasi harus sudah menyelidiki trase ini sampai
lingkup tertentu dan sudah memahami ketentuan-ketentuan khusus pengukuran
(lihat pasal 3.3.1.b).
Pengukuran-pengukuran situasi juga dilaksanakan pada
taraf ini yang meliputi:
§
Saluran-pembuang
silang yang besar di mana topografi terlalu tidak teratur untuk menentukan
lokasi as saluran pada lokasi persilangan;
§
- Lokasi
bangunan-bangunan khusus.
Di sini ahli irigasi harus memberikan
ketentuan-ketentuan/spesifikasi dan bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.
2. Penyelidikan Geologi Teknik
Informasi mengenai geologi teknik yang diperlukan
untuk perencanaan dikhususkan pada kondisi geologi, subbase (pondasi) daya
dukung tanah, kelulusan (permeabilitas) dan daerah-daerah yang mimgkin dapat
dijadikan lokasi sumber bahan timbunan.
Pada tahap studi penilaian pendahuluan mengenai
karakteristik geologi teknik dan geologi dibuat berdasarkan data-data yang ada
dan inspeksi penyelidikan lapangan. Penyelidikan detail dirumuskan segera
setelah rencana pendahuluan pekerjaan teknik diselesaikan.
Sering terjadi bahwa penyelidikan pondasi bangunan ini
dilakukan terbatas sampai pada bangunan utama saja jika perlu dengan cara
pemboran atau penyelidikan secara elektrik. Namun demikian, dalam beberapa hal
lokasi bangunan besar mungkin juga memerlukan penyelidikan geologi teknik
sehubungan dengan terdapatnya keadaan subbase yang lemah. Penyelidikan saluran
sering terbatas hanya sampai pada tes-tes yang sederhana, misalnya pemboran
tangan.Untuk saluran-saluran pada galian atau timbunan tinggi dengan keadaan
tanah yang jelek, akan diperlukan penyelidikan-penyelidikan yang lebih terinci.
Ketentuan-ketentuan penyelidikan ini dan ruang lingkup
pengukurannya akan dirancang oleh ahli irigasi berkonsultasi dengan ahli
geologi dan ahli mekanika tanah yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
penyelidikan tersebut.Analisis dan evaluasi datanya akan dikerjakan oleh ahli
geologi teknik dan hasilnya harus siap pakai untuk perencanaan. Dari awal
keikutsertaannya, ahli itu harus memiliki pengetahuan yang jelas mengenai
bangunan-bangunan yang direncanakan. Akan tetapi, perencanaan akhir diputuskan
oleh perencana.
Perlu diingat bahwa sebagian dari kegiatan-kegiatan
penyelidikan geologi teknik di atas, telah dilakukan untuk studi kelayakan
proyek. Biasanya data-data ini tidak cukup untuk perencanaan detail, khususnya
yang menyangkut pondasi bangunan-bangunan besar.
3. Penyelidikan hidrolis model
Untuk perencanaan jaringan irigasi penyelidikan model
hidrolis mungkin hanya diperlukan untuk bangunan-bangunan utama dan beberapa bangunan
besar di dalam jaringan itu. Pada umumnya penyelidikan dengan model diperlukan
apabila rumus teoritis dan empiris aliran tidak bisa merumuskan pola aliran
penggerusan lokal dan angkutan sedimen di sungai. Selanjutnya penyelidikan
hidrolis model akan membantu menentukan bentuk hidrolis, bangunan utama dan
pekerjaan sungai di ruas sungai sebelahnya.
Perencanaan pendahuluan untuk bangunan utama akan
didasarkan pada kriteria teoritis dan empiris. Apabila penyelidikan dengan
model memang diperlukan, maka ahli irigasi akan merumuskan program dan
ketentuan-ketentuan tes dan penyelidikan setelah berkonsultasi dahulu dengan
pihak laboratorium. Penyelidikan dengan model tersebut harus menghasilkan
petunjuk-petunjuk yang jelas mengenai modifikasi terhadap perencanaan
pendahuluan. Perencanaan, akhir akan diputuskan oleh perencana berdasarkan
hasil-hasil penyelidikan dengan model.
b. Perencanaan dan laporan akhir
Pembuatan perencanaan akhir merupakan tahap terakhir
dalam Perencanaan Jaringan lrigasi. Dalam tahap ini gambar-gambar tata letak,
saluran dan bangunan akan dibuat detail akhir. Tahap perencanaan akhir akan
disusul dengan perkiraan biaya, program dan metode pelaksanaan, pembuatan
dokumen tender dan pelaksanaan. Perencanaan akhir akan disajikan sebagai
laporan perencanaan yang berisi semua data yang telah dijadikan dasar
perencanaan tersebut serta kriteria yang diterapkan, maupun gambar-gambar
perencanaan dan rincian volume dan biaya (bill of quantities). Laporan itu juga
memuat informasi mengenai urut-urutan pekerjaan pelaksanaan dan ekspoitasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi.
Perubahan trase saluran dan posisi bangunan irigasi
dimungkinkan karena pertimbangan topografi dan geoteknik untuk itu garis
sempadan saluran harus disesuaikan dengan perubahan tersebut.
BAB II
JARINGAN IRIGASI
A.
Tingkat-tingkat Jaringan Irigasi
1. Unsur dan tingkatan Jaringan
Dalam konteks Standarisasi Irigasi ini, hanya irigasi
teknis saja yang ditinjau. Bentuk irigasi yang lebih maju ini cocok untuk
dipraktekkan di sebagian besar pembangunan irigasi di Indonesia.
Dalam suatu jaringan irigasi dapat dibedakan adanya
empat unsur fungsional pokok, yaitu:
§
Bangunan-bangunan
utama (headworks) di mana air diambil dari sumbernya, umumnya sungai atau
waduk,
§
Jaringan pembawa berupa
saluran yang mengalirkan air irigasi ke petak-petak tersier,
§
Petak-petak
tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan kolektif, air irigasi
dibagi-bagi dan dialirkan kesawah-sawah dan kelebihan air ditampung di dalam
suatu sistem pembuangan di dalam petak tersier;
§
Sistem pembuang
berupa saluran dan bangunan bertujuan untuk membuang kelebihan air dari sawah
ke sungai atau saluran-saluran alamiah.
2. lrigasi Sederhana
Di dalam irigasi sederhana, lihat gambar 1.1 pembagian
air tidak diukur atau diatur, air lebih akan mengalir ke saluran pembuang. Para
petani pemakai air itu tergabung dalam satu kelompok jaringan irigasi yang
sama, sehingga tidak memerlukan keterlibatan pemerintah di dalam organisasi
jaringan irigasi semacam ini. Persediaan air biasanya berlimpah dengan
kemiringan berkisar antara sedang sampai curam. Oleh karena itu hampir-hampir
tidak diperlukan teknik yang sulit untuk sistem pembagian airnya.
Jaringan irigasi yang masih sederhana itu mudah
diorganisasi tetapi memiliki kelemahan-kelemahan yang serius. Pertama-tama, ada
pemborosan air dan, karena pada umumnya jaringan ini terletak di daerah yang
tinggi, air yang terbuang itu tidak selalu dapat mencapai daerah rendah yang
lebih subur.
3. Jaringan irigasi semiteknis
Dalam banyak hal, perbedaan satu-satunya antara
jaringan irigasi sederhana dan jaringan semiteknis adalah bahwa jaringan
semiteknis ini bendungnya terletak di sungai lengkap dengan bangunan
pengambilan dan bangunan pengukur di bagian hilirnya. Mungkin juga dibangun
beberapa bangunan permanen di jaringan saluran. Sistem pembagian air biasanya
serupa dengan jaringan sederhana (lihat Gambar 1.2). Adalah mungkin bahwa
pengambilan dipakai untuk melayani/mengairi daerah yang lebih luas dari daerah
layanan pada jaringan sederhana. Oleh karena itu biayanya ditanggung oleh lebih
banyak daerah layanan. Organisasinya akan lebih rumit jika bangunan tetapnya
berupa bangunan pengambilan dari sungai, karena diperlukan lebih banyak
keterlibatan dari pemerintah, dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum.
4. Jaringan irigasi teknis
Salah satu prinsip dalam perencanaan jaringan teknis
adalah pemisahan antara jaringan irigasi dan jaringan pembuang/pematus. Hal ini
berarti bahwa baik saluran irigasi maupun pembuang tetap bekerja sesuai dengan
fungsinya masing-masing, dari pangkal hingga ujung. Petak tersier menduduki
fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis.
Sebuah petak tersier terdiri dari sejumlah sawah
dengan luas keseluruhan yang idealnya maksimum 50 ha, tetapi dalam keadaan
tertentu masih bisa ditolerir sampai seluas 75 ha. Perlunya batasan luas petak
tersier yang ideal hingga maksimum adalah agar pembagian air di saluran tersier
lebih efektif dan efisien hingga mencapai lokasi sawah terjauh.
Permasalahan yang banyak dijumpai di lapangan untuk petak
tersier dengan luasan lebih dari 75 ha antara lain:
§
dalam proses
pemberian air irigasi untuk petak sawah terjauh sering tidak terpenuhi.
§
kesulitan dalam
mengendalikan proses pembagian air sehingga sering terjadi pencurian air,
§
banyak petak
tersier yang rusak akibat organisasi petani setempat yang tidak terkelola
dengan baik.
Semakin kecil luas petak dan luas kepemilikan maka
semakin mudah organisasi setingkat P3A/GP3A untuk melaksanakan tugasnya dalam
melaksanakan operasi dan pemeliharaan. Petak tersier menerima air di suatu
tempat dalam jumlah yang sudah diukur dari suatu jaringan pembawa yang diatur
oleh Institusi Pengelola Irigasi.
Pembagian air di dalam petak tersier diserahkan kepada
para petani. Jaringan saluran tersier dan kuarter mengalirkan air ke sawah.
Kelebihan air ditampung di dalam suatu jaringan saluran pembuang tersier dan
kuarter dan selanjutnya dialirkan ke jaringan pembuang primer.
Jaringan irigasi teknis memungkinkan dilakukannya
pengukuran aliran, pembagian air irigasi dan pembuangan air lebih secara
efisien.
Jika petak tersier hanya memperoleh air pada satu
tempat saja dari jaringan (pembawa) utama, hal ini akan memerlukan jumlah
bangunan yang lebih sedikit di saluran primer, eksploitasi yang lebih baik dan
pemeliharaan yang lebih murah dibandingkan dengan apabila setiap petani
diizinkan untuk mengambil sendiri air dari jaringan pembawa.
Kesalahan dalam pengelolaan air di petak-petak tersier
juga tidak akan mempengaruhi pembagian air di jaringan utama.
Dalam hal-hal khusus, dibuat sistem gabungan (fungsi
saluran irigasi dan pembuang digabung). Walaupun jaringan ini memiliki
keuntungan tersendiri, dan kelemahan-kelemahannya juga amat serius sehingga
sistem ini pada umumnya tidak akan diterapkan.
Keuntungan yang dapat diperoleh dari jaringan gabungan
semacam ini adalah pemanfaatan air yang lebih ekonomis dan biaya pembuatan
saluran lebih rendah, karena saluran pembawa dapat dibuat lebih pendek dengan
kapasitas yang lebih kecil.
Kelemahan-kelemahannya antara lain adalah bahwa
jaringan semacam ini lebih sulit diatur dan dioperasikan sering banjir, lebih
cepat rusak dan menampakkan pembagian air yang tidak merata. Bangunan-bangunan
tertentu di dalam jaringan tersebut akan memiliki sifat-sifat seperti bendung
dan relatif mahal.
BAB III
BANGUNAN IRIGASI
A.
BANGUNAN BAGI DAN SADAP
1. Bangunan Bagi
Apabila air irigasi dibagi dari saluran primer
sekunder, maka akan dibuat bangunan bagi. Bangunan bagi terdiri dari
pintu-pintu yang dengan teliti mengukur dan mengatur air yang mengalir ke berbagai
saluran.
2. Bangunan Pengatur
Bangunan pengatur akan mengatur muka air saluran di
tempat-tempat di mana terletak bangunan sadap dan bagi. Tabel 4.1 memberikan
perbandingan bangunan-bangunan pengatur muka air.
Khususnya di saluran-saluran yang kehilangan tinggi
energinya harus kecil (misal di kebanyakan saluran garis tinggi), bangunan
pengatur harus direncana sedemikian rupa sehingga tidak banyak rintangan
sewaktu terjadi debit rencana. Di saluran-saluran sekunder dimana kehilangan
tinggi energi tidak merupakan hambatan, bangunan pengatur dapat direncana tanpa
menggunakan pertimbangan-pertimbangan di atas. Satu aspek penting dalam
perencanaan bangunan adalah kepekaannya terhadap variasi muka air. Kadang –
kadang lebih menguntungkan dengan menggabung beberapa tipe bangunan utama :
mercu tetap dengan pintu aliran bawah atau skot balok dengan pintu. Kombinasi
ini terutama antara bangunan yang mudah dioperasikan dengan tipe yang tak mudah
atau sulit dioperasikan. Oleh sebab itu, mercu tetap kadang – kadang dikombinasi
dengan salah satu dari bangunan – bangunan pengatur lainnya, misalnya sebuah
pintu dapat dipasang di sebelah mercu tetap. Khususnya bangunan – bangunan yang
dibuat di saluran yang tinggi energinya harus dijaga agar tetap kecil,
sebaiknya direncana tanpa mercu. Dengan demikian, sedimen bisa lewat tanpa
hambatan dan kehilangan tinggi energi minimal. Lebar bangunan pengatur
berkaitan dengan kehilangan tinggi energi yang diizinkan serta biaya
pelaksanaan : bangunan yang lebar menyebabkan sedikit kehilangan tinggi energi
dibanding bangunan yang sempit, tetapi bangunan yang lebar lebih mahal
(diperlukan lebih Kriteria Perencanaan – Bangunan banyak pintu). Untuk saluran
primer garis tinggi, kehilangan tinggi energi harus tetap kecil : 5 sampai 10
cm. Akibatnya bangunan pengatur di saluran primer lebar. Saluran sekunder
biasanya tegak lurus terhadap garis – garis kontur dan oleh sebab itu,
kehilangan tinggi energi lebih besar dan bangunan pengaturnya lebih sempit. Guna
mengurangi kehilangan tinggi energi dan sekaligus mencegah penggerusan,
disarankan untuk membatasi kecepatan di bangunan pengatur sampai kurang lebih
1,5 m/dt.
Dalam merencanakan bangunan pengatur, kita hendaknya
selalu menyadari kemungkinan terjadinya keadaan darurat seperti debit penuh
sementara pintu – pintu tertutup.
3. Bangunan Sadap
a. Bangunan Sadap Sekunder
Bangunan sadap sekunder akan memberi air ke saluran
sekunder dan oleh sebab itu, melayani lebih dari satu petak tersier. Kapasitas
bangunan – bangunan sadap ini secara umum lebih besar daripada 0,250 m3/dt.
Ada empat tipe bangunan yang dapat dipakai untuk
bangunan sadap sekunder, yakni :
§
Alat ukur Romijn
§
Alat ukur
Crump-de Gruyter
§
Pintu aliran
bawah dengan alat ukur ambang lebar
§
Pintu aliran
bawah dengan alat ukur Flume
Tipe mana yang akan dipilih bergantung pada ukuran
saluran sekunder yang akan diberi air serta besarnya kehilangan tinggi energi
yang di-izinkan.
Untuk kehilangan tinggi energi kecil, alat ukur Romijn
dipakai hingga debit sebesar 2 m3/dt ; dalam hal ini dua atau tiga pintu Romijn
dipasang bersebelahan. Untuk debit-debit yang lebih besar, harus dipilih pintu
sorong yang dilengkapi dengan alat ukur yang terpisah, yakni alat ukur ambang
lebar.
Bila tersedia kehilangan tinggi energi yang memadai,
maka alat ukur Crump-de Gruyter merupakan bangunan yang bagus. Bangunan ini
dapat direncana dengan pintu tunggal atau banyak pintu dengan debit sampai
sebesar 0,9 m3/dt setiap pintu.
b. Bangunan Sadap Tersier
Bangunan sadap tersier akan memberi air kepada
petak-petak tersier. Kapasitas bangunan sadap ini berkisar antara 50 l/dt
sampai 250 l/dt Bangunan sadap yang paling cocok adalah alat ukur Romijn, jika
muka air hulu diatur dengan bangunan pengatur dan jika kehilangan tinggi energi
merupakan masalah.
Bila kehilangan tinggi energi tidak begitu menjadi
masalah dan muka air banyak mengalami fluktuasi, maka dapat dipilih alat ukur
Crump-de Gruyter. Harga antara debit Qrnaks/Qmin untuk alat ukur Crump-de Gruyter
lebih kecil daripada harga antara debit untuk pintu Romijn.
Di saluran irigasi yang harus tetap rnemberikan air
selama debit sangat rendah, alat ukur Crump-de Gruyter lebih cocok karena
elevasi pengambilannya lebih rendah daripada elevasi pengambilan pintu Romijn. Sebagai
aturan umum, pemakaian beberapa tipe bangunan sadap tersier sekaligus di satu
daerah irigasi tidak disarankan. Penggunaan satu tipe bangunan akan lebih
mempermudah pengoperasiannya. Untuk bangunan sadap tersier yang mengambil air
dari saluran primer yang besar, di mana pembuatan bangunan pengatur akan sangat
mahal dan muka air yang diperlukan di petak tersier rendah dibanding elevasi
air selama debit rendah disaluran, akan menguntungkan untuk memakai bangunan
sadap pipa sederhana dengan pintu sorong sebagai bangunan penutup. Debit
maksimum melalui pipa sebaiknya didasarkan pada muka air rencana di saluran
primer dan petak tersier. Hal ini berarti bahwa walaupun mungkin debit terbatas
sekali, petak tersier tetap bisa diairi bila tersedia air di saluran primer
pada elevasi yang cukup tinggi untuk mengairi petak tersebut.
c. Bangunan Bagi dan Sadap kombinasi Sistem Proporsional
Pada daerah irigasi yang letaknya cukup terpencil,
masalah pengoperasian pintu sadap bukan masalah yang sederhana, semakin sering
jadwal pengoperasian semakin sering juga pintu tidak dioperasikan. Artinya
penjaga pintu sering tidak mengoperasikan pintu sesuai jadwal yang seharusnya
dilakukan. Menyadari keadaan seperti ini untuk mengatasi hal tersebut ada
pemikiran menerapkan pembagian air secara proporsional. Sistem proporsional ini
tidak memerlukan pintu pengatur, pembagi, dan pengukur.
Sistem ini memerlukan persyaratan khusus, yaitu :
§
Elevasi ambang ke
semua arah harus sama
§
Bentuk ambang
harus sama agar koefisien debit sama
§
Lebar bukaan
proporsional dengan luas sawah yang diairi
Syarat aplikasi sistem ini adalah :
§
melayani tanaman
yang sama jenisnya (monokultur)
§
jadwal tanam
serentak
§
ketersediaan air
cukup memadai
Sehingga sistem proporsional tidak dapat diaplikasikan
pada sistem irigasi di Indonesia pada umumnya, mengingat syarat-syarat tersebut
di atas sulit terpenuhi.
Menyadari kelemahan-kelemahan dalam sistem
proporsional dan sistem diatur (konvensional), maka dibuat alternatif bangunan
bagi dan sadap dengan kombinasi kedua sistem tersebut yang kita sebut dengan
sistem kombinasi. Bangunan ini dapat berfungsi ganda yaitu melayani sistem
konvensional maupun sistem proporsional. Dalam implementasi pembagian air
diutamakan menerapkan sistem konvensional. Namun dalam kondisi tertentu yang
tidak memungkinkan untuk mengoperasikan pintu-pintu tersebut, maka diterapkan
sistem proporsional.
- Berdasarkan elevasi sawah tertinggi dari lokasi
bangunan-bangunan sadap tersebut ditentukan elevasi muka air di hulu pintu
sadap.
- Elevasi ambang setiap bangunan sadap adalah sama,
yaitu sama dengan elevasi ambang dari petak tersier yang mempunyai elevasi
sawah tertinggi.
4. Tata Letak Bangunan Bagi dan Sadap
a. Bentuk Menyamping
Posisi bangunan/pintu sadap tersier atau sekunder
berada disamping kiri atau kanan saluran dengan arah aliran ke petak tersier
atau sekunder mempunyai sudut tegak lurus (pada umumnya) sampai 45o. Bentuk ini
mempunyai kelemahan kecepatan datang kearah lurus menjadi lebih besar dari pada
yang kearah menyamping, sehingga jika diterapkan sistem proporsional kurang
akurat. Sedangkan kelebihannya peletakan bangunan ini tidak memerlukan tempat
yang luas, karena dapat langsung diletakkan pada saluran tersier/saluran
sekunder yang bersangkutan.
b. Bentuk Numbak
Bentuk Numbak meletakkan bangunan bagi sekunder, sadap
tersier dan bangunan pengatur pada posisi sejajar, sehingga arah alirannya
searah.
Bentuk seperti ini mempunyai kelebihan kecepatan
datang aliran untuk setiap bangunan adalah sama. Sehingga bentuk ini sangat
cocok diterapkan untuk sistem proporsional. Tetapi bentuk ini mempunyai
kelemahan memerlukan areal yang luas, semakin banyak bangunan sadapnya semakin
luas areal yang diperlukan.
B.
BANGUNAN –
BANGUNAN PELENGKAP
1. Tanggul
a. Kegunaan
Tanggul dipakai untuk melindungi daerah irigasi dari
banjir yang disebabkan oleh sungai, pembuang yang besar atau laut. Biaya
pembuatan tanggul banjir bisa menjadi sangat besar jika tanggul itu panjang dan
tinggi. Karena fungsi lindungnya yang besar terhadap daerah irigasi dan
penduduk yang tinggal di daerah – daerah ini, maka kekuatan dan keamanan
tanggul harus benar – benar diselidiki dan direncana sebaik – baiknya.
b. Bahan
Biasanya tanggul dibuat dari bahan timbunan yang
digali di dekat atau sejajar dengan garis tanggul. Apabila galian dibuat
sejajar dengan lokasi tanggul, maka penyelidikan untuk pondasi dan daerah
galian dapat dilakukan sekaligus. Untuk tanggul – tanggul tertentu, mungkin
perlu membuka daerah sumber bahan timbunan khusus di luar lapangan dan
mengangkutnya ke lokasi. Jika kondisi tanah tidak stabil mungkin akan lebih
ekonomis untuk memindahkan lokasi tanggul daripada menerapkan metode
pelaksanaan yang mahal.
The Unified Soil Classification System (Lihat KP – 06
Parameter Bangunan) memberikan sistem yang sangat bermanfaat untuk menentukan
klasifikasi tanah yang perlu diketahui dalam pelaksanaan tanggul dan pondasi.
c. Debit
Perencanaan
Elevasi tanggul hilir sungai dari bangunan utama didasarkan pada
tinggi banjir dengan periode ulang 5 sampai 25 tahun ( Q 5 tahunan untuk hutan
tapi untuk melindungi perkotaan Q 25 tahunan ).
Periode ulang tersebut (5 - 25 tahun)
akan ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk yang terkena akibat banjir yang
mungkin terjadi, serta pada nilai ekonomis tanah dan semua prasarananya.
Biasanya di sebelah hulu bangunan utama tidak akan dibuat tanggul sungai untuk
melindungi lahan dari genangan banjir.
d. Trase
Tanggul di sepanjang sungai sebaiknya
direncana pada trase pada jarak yang tepat dari dasar air rendah. Bila hal ini
tidak mungkin, maka harus dibuat lindungan terhadap erosi di sepanjang tanggul.
Adalah perlu untuk membuat
penyelidikan pendahuluan mengenai lokasi tanggul guna menentukan :
1. Perkiraan muka air banjir (tinggi dan
lamanya)
2. Elevasi tanah yang akan dilindungi
3. Hak milik yang dilibatkan
4. Masalah – masalah fisik yang sangat
mungkin dijumpai, terutama kondisi tanah karena ini erat hubungannya dengan
kebutuhan pondasi dan galian timbunan.
5. Tata guna tanah dan peningkatan tanah
pertanian guna menilai arti penting daerah yang akan dilindungi dari segi
ekonomi
e. Tinggi Jagaan
Tinggi rencana tanggul (Hd) akan
merupakan jumlah tinggi muka air rencana (H) dan tinggi jagaan (Hf).
Ketinggian yang dibuat itu termasuk longgaran untuk kemungkinan penurunan (Hs), yang akan bergantung kepada pondasi serta bahan yang
dipakai dalam pelaksanaan. Tinggi muka air rencana yang sebenarnya didasarkan
pada profil permukaan air.
Tinggi jagaan (Hf)
merupakan longgaran yang ditambahkan untuk tinggi muka air yang diambil, termasuk atau tidak termasuk tinggi gelombang.
f. Lebar Atas
Untuk tanggul tanah yang direncana
guna mengontrol kedalaman air ≤ 1,50 m, lebar atas minimum tanggul dapat
diambil 1,50 m. Jika kedalaman air yang akan dikontrol lebih dari 1,50 m, maka
lebar atas minimum sebaiknya diambil 3,0 m. Lebar atas diambil sekurang –
kurangnya 3,0 m jika tanggul dipakai untuk jalur pemeliharaan.
g. Kemiringan talut
Jika pondasi tanggul terdiri dari
lapisan – lapisan lulus air atau lapisan yang rawan terhadap bahaya erosi.
h. Stabilitas Tanggul
Tanggul
yang tingginya lebih dari 5 m harus dicek stabilitasnya dengan metode
stabilitas tanggul yang dianggap sesuai. Bagian atas dasar yang diperlebar
sebaiknya tidak kurang dari 0,30 m di atas elevasi asli tanah serta
kemiringannya harus cukup agar air dapat melimpas dari tanggul. Kemiringan
timbunan tambahan tidak boleh lebih curam dari kemiringan asli tanggul.
Untuk tanggul dengan kedalaman air
rencana (H pada Gambar 9.1) lebih dari 1,50 m, maka tempat galian bahan harus
cukup jauh dari tanggul agar stabilitasnya dapat dijamin. Garis yang ditarik
dari garis air rencana pada permukaan tanggul melalui pangkal asli tanggul
(kalau diperlebar) sebaiknya lewat dari bawah potongan melintang galian bahan.
Lihat Gambar 9.1.
Jika tanggul mempunyai lebar atas yang
kecil/ sempit, maka bahu (berm) bagian tambahan harus cukup lebar guna
mengakomodasi jalur pemeliharaan selama muka air mencapai ketinggian kritis.
Fasilitas ini harus disediakan di semua potongan jika bagian atas tanggul tidak
dipakai sebagai jalur pemeliharaan. Galian bahan yang ada disepanjang tepi air
harus dibuat dengan interval tertentu guna memperlambat kecepatan air yang
mengalir di sepanjang pangkal timbunan. Galian semacam ini juga berfungsi
sebagai tempat menyeberangkan alat – alat pemeliharaan selama muka air rendah.
Intervalnya tidak lebih dari 400 m dan lebar minimum 10 m.
i. Pembuang
Fasilitas pembuang harus disediakan
untuk tanggul yang harus menahan air untuk jangka waktu yang lama (tanggul banjir
biasanya tidak diberi pembuang).
Pembuang terdiri dari :
i) Parit dipangkal tanggul
ii) Saringan pemberat (reverse
filter), baik yang direncanakan sebagai pembuang pangkal.
j. Lindungan
Lindungan lereng terhadap erosi oleh
aliran air, baik yang berasal dari hujan maupun sungai, bisa berupa tipe – tipe
berikut :
- Rumput
- Pasangan batu kosong
- Pasangan (lining)
- Bronjong
Rumput pelindung yang memadai
hendaknya diberikan pada permukaan – permukaan tanggul untuk melindunginya dari
bahaya erosi akibat limpasan air hujan pada tanggul. Sedangkan jenis – jenis
lindungan lainnya dipakai untuk lindungan terdapat aliran air di sungai atau
saluran. Karena ketiga jenis yang lain ini cukup mahal, mereka hanya digunakan
untuk bentang pendek.
2. Fasilitas
Eksploitasi
a. Komunikasi
1. Jaringan jalan
Untuk keperluan – keperluan
ekspoitasi dan pemeliharaan (E&P), jaringan jalan harus dibangun di sepanjang urat nadi jaringan irigasi, yaitu saluran
primer dan sekunder. Selain itu untuk keperluan pengangkutan hasil panen serta
untuk jalan masuk alat pertanian seperti traktor, maka perlu dilengkapi jalan
petani ditingkat jaringan tersier dan kuarter sepanjang itu memang diperlukan
oleh petani setempat dan dengan persetujuan petani setempat pula, karena banyak
ditemukan di lapangan jalan petani yang rusak atau tidak ada sama sekali
sehingga akses petani dari dan ke sawah menjadi terhambat, terutama untuk petak
sawah yang paling ujung. Jalan juga harus dibangun di sepanjang saluran –
saluran pembuang yang besar dan diatas tanggul – tanggul banjir. Konstruksi jalan
– jalan tersebut harus dibangun memadai agar dapat memenuhi kebutuhan keluar –
masuknya staf E&P di daerah proyek, khususnya selama musim hujan.
Bangunan – bangunan penting harus
mudah dicapai sewaktu turun hujan lebat. Jika kurang berfungsi maka bangunan –
bangunan itu akan membahayakan keselamatan proyek dan penduduk yang bermukim di
daerah itu.
Kriteria bangunan untuk jalan telah
dibahas dalam Bab 8. Dalam hubungan ini, perencana jaringan jalan perlu
memikirkan sarana angkutan yang dipakai oleh Staf E&P dan para pengguna
lain jaringan ini. Berdasarkan kategori sarana angkutan/transpor dan perkiraan
volume lalu lintas, perencana akan menentukan kelas jalan dan parameter –
parameter bangunannya.
2. Jaringan radio dan telepon
Jaringan komunikasi telepon dan radio
sama pentingnya dalam kegiatan eksploitasi jaringan irigasi. Kedua jaringan,
jalan dan telepon/ radio, harus diinstalasi dan saling melengkapi satu sama
lain.
Jaringan telepon dan radio mempunyai
kelebihan – kelebihan dan kelemahan – kelemahannya masing – masing. Beberapa
diantaranya :
§ Pemasangan jaringan telepon lebih
mahal, tetapi di daerah – daerah yang lebih berkembang, perangkat kerasnya
(misalnya tiang telepon) sudah ada
§ Jaringan telepon dapat dihubungkan ke
jaringan umum; ini memungkinkan untuk - Saluran telepon mudah rusak, khususnya
selama hujan badai, justru sewaktu sarana ini paling dibutuhkan
§ Sambungan radio murah pemasangannya
§ Persediaan tenaga (kebanyakan
digunakan batere) tidak bisa diandalkan jika sistem penyediaan tenaga umum
tidak ada
§ Jarak yang bisa diliput oleh pemancar
radio terbatas akibat jangkauan gelombang radio yang terbatas (biasanya FM)
Karena alasan – alasan diatas, maka
cara pemecahan yang dianjurkan adalah membuat suatu sistem komunikasi yang
merupakan kombinasi antara sambungan telepon dan radio pemancar/ penerima.
b. Kantor dan
Perumahan Staf
Perumahan harus disediakan untuk staf
lapangan, seperti misalnya Juru Pengairan, Mantri Pengairan dan Pengamat. Para
petugas lapangan bermukim di lapangan dekat dengan daerah kerja mereka atau
dengan bangunan yang menjadi tanggung jawabnya.
Rumah – rumah ini digolong –
golongkan menurut pangkat pegawai (dalam meter persegi). Biasanya rumah – rumah
ini mempunyai luas lantai 36 m2 (juru pengairan), 50 m2 (pengamat
pengairan) atau 70 m2 (kepala seksi pengairan). Pengamat memerlukan sebuah
kantor kecil (≈ 36 m2) yang biasanya merupakan salah satu bagian dari rumahnya.
Standar untuk rumah – rumah ini
diberikan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya bekerja sama dengan para pejabat
setempat seperti Dinas Pekerjaan umum dan Direktorat Tata Bangunan.
Luas lantai untuk kantor – kantor
Kepala Seksi juga distandarisasi di tiap – tiap propinsi.
c. Sanggar
Tani
Sanggar tani sebagai sarana untuk
interaksi antar petani, dan antara petani dan petugas irigasi dalam rangka
memudahkan penyelesaian permasalahan yang terjadi di lapangan. Pembangunannya
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi petani setempat serta letaknya di
setiap bangunan sadap/offtake tersier dan bangunan bagi sekunder.
Disarankan pada offtake tersier
berukuran 3 x 3 m2 sedangkan di bangunan bagi berukuran 3 x 4 m2,
sedangkan konstruksinya bangunan beratap tanpa dinding.
d. Patok
Hektometer
Untuk mempermudah identifikasi dan
orientasi di lapangan, patok – patok hektometer harus ditempatkan di sepanjang
saluran primer dan sekunder dan disepanjang tanggul. Patok – patok ini akan
menunjukkan (singkatan) nama saluran irigasi dan pembuang dari awal saluran atau
tanggul dalam hektometer (100 m), dan singkatan nama saluran.
e. Patok
Sempadan
Setelah proses pembebasan tanah
selesai dilaksanakan, ditindaklanjuti pemasangan patok tetap sepanjang garis
sempadan dengan jarak maksimal 100 m pada saluran relatif lurus, maksimal
setiap 25 m pada tikungan saluran atau lebih rapat sesuai dengan garis lingkar
tikungan. Setiap patok ditetapkan koordinatnya, dipetakan, dan disahkan oleh
pejabat yang berwenang.
Ukuran patok 20 x 20 cm, tinggi 1,6 m
(1,60 m beton cor 1: 2 : 3 dan 1,10 m ditanam 0,50 m dicat kuning) sesuai
Permen PU no 22/PRT/M/2006 tentang Pengamanan dan Perkuatan Hak atas Tanah
Departemen PU.
f. Pelat Nama
Pelat nama untuk saluran dan bangunan
berfungsi untuk mempermudah identifikasi. Pelat – pelat tersebut harus
menunjukkan nama saluran dan daerah yang diairi dalam ha. Pelat– pelat itu
ditempatkan di awal saluran pada lereng dalam. Pelat nama untuk setiap bangunan
harus dipasang di tempat yang benar pada bangunan tersebut. Untuk setiap pintu
yang merupakan bagian dari bangunan bagi, namanya harus ditunjukkan dengan baja
atau pada skala liter (untuk alat ukur Romijn).
g. Papan
Pasten
Papan pasten dipasang di setiap
bangunan sadap atau bagi. Ukuran dan tulisan pada papan pasten distandarisasi
(lihat Standar Bangunan Irigasi BI – 02). Juru pintu akan mengisi papan–papan
ini secara teratur dengan data–data sebenarnya mengenai setelah pintu dan besar
debit. Pentani dapat membaca dan mencek apakah pembagian air ditangani
sebagaimana mestinya.
Papan pasten juga menunjukkan
berbagai daerah dengan tanamannya serta tahap pertumbuhan tanaman – tanaman
tersebut.
h. Papan duga
Muka Air
Papan duga untuk membaca tinggi muka
air di saluran terbuat dari pelat baja yang dilapisi bahan logam enamel. Warna
– warna yang digunakan adalah putih untuk alas dan biru untuk huruf dan angka.
Papan duga mempunyai ukuran – ukuran yang diberikan pada Standar Bangunan
Irigasi, BI – 02. Penempatan papan duga bergantung pada pemanfaatan papan
tersebut. Untuk bangunan – bangunan utama atau sungai papan ini dipasang dengan
ketinggian nol pada mercu bendung atau pada evaluasi yang tepat sesuai dengan
ketinggian titik nol yang dipakai. Papan duga untuk alat ukur Romijn hanya
memberikan tinggi muka air relatif saja dan pembacaan yang sama disaluran dan pada
skala cm pada kerangka bangunan.
Untuk alat ukur Crump-de Gruyter
tinggi titik nol papan duga harus sesuai dengan tinggi ambang pintu itu yang
menunjukkan kedalam air diatas ambang.
Papan duga yang dipasang pada
bangunan dan dipakai untuk menyetel pintu (dan debit) dibuat dari aluminium
dengan garis–garis dan huruf–huruf yang digoreskan. Penggunaan baja berlapis
enamel untuk papan–papan duga ini tidak dianjurkan karena mudah rusak dan tidak
terbaca.
i. Pintu
Pintu bangunan di saluran biasanya
dibuat dari baja. Dalam Standar Bangunan Irigasi (BI – 02) diberikan
detail–detail lengkap mengenai ukuran dan tipe standar pintu. Ketiga tipe pintu
standar adalah :
- Pintu gerak Romijn
- Pintu Crump – de Gruyter
- Pintu Sorong
Pintu–pintu lain diberikan seperti
pada Tipe Bangunan Irigasi, BI – 01.
Pintu–pintu sorong dengan bukaan
lebar biasanya dibuat dari kayu yang lebih murah untuk ukuran ini. Untuk
pintu–pintu yang besar atau kompleks pintu biasanya dibuat rumah pintu untuk tenaga
eksploitasi agar terlindung dari keadaan cuaca. Pintu–pintu radial bisa
mempunyai keuntungan–keuntungan ekonomis bila bangunan di mana pintu ini
dipasang dibuat dari beton. Pada bangunan – bangunan dari pasangan batu,
gaya–gaya harisontal pada as menimbulkan masalah–masalah konstruksi. Pintu
keluar (outlet) pembuang adalah tipe pintu khusus karena harus dapat
menghalangi air yang telah dibuang agar tidak mengalir kembali ke daerah semula
jika muka air di luar lebih tinggi dari muka air di dalam pembuang. Keadaan ini
dapat terjadi pada pembuang ke sungai, pada waktu sungai banjir atau pada
pembuang ke laut yang dipengaruhi oleh pasang–surutnya air laut.
j. AWLR
Mengingat semakin meningkatnya
pemanfaatan sumber daya air untuk berbagai keperluan serta kecenderungan
menurunnya kontinuitas ketersediaan air. Maka perlu dilakukan penghematan atau
efisiensi pemanfaatan air untuk irigasi yang merupakan pemanfaatan air yang
paling besar.
Dengan mempertimbangkan pemikiran
diatas maka pada setiap daerah irigasi perlu dipasang alat pengukur debit air
secara kontinyu. Untuk itu pada awal saluran induk perlu dipasang Automatic
Water Level Recorder (AWLR). AWLR adalah alat perekam tinggi muka air secara
kontinyu, dengan menggunakan rating curve yang sesuai akan dengan mudah
diketahui debit serta volume dari air yang melewati alat ini.
AWLR hanya dipasang pada daerah
irigasi yang mempunya areal lebih besar atau sama dengan 1000 ha, dan dipasang
di saluran induk setelah air masuk pintu intake dan melewati kantong lumpur (jika
direncanakan dengan kantong lumpur).
Type AWLR terdiri dari 2 type, yaitu
type pencatatan grafik dan type pencatatan digital.
Type pencatatan digital lebih praktis
karena pencatatan sudah langsung berupa besaran numerik, namun harganya lebih
mahal dari AWLR type pencatatan grafis.
Adapun pertimbangan pemilihan lokasi
pemasangan AWLR adalah sebagai berikut:
1. Saluran
harus merupakan saluran pasangan beton, supaya aliran air tidak bergelombang.
2. Jarak dari pintu outlet kantong
lumpur (jika direncanakan dengan kantong lumpur) atau dari pintu intake adalah
50 m.
3. Saluran harus lurus mulai dari
pintu outlet kantong lumpur (jika direncanakan dengan kantong lumpur) atau dari
pintu intake sampai 50 m di downstream stasiun AWLR.
4. Bangunan – bangunan Lain
a.
Peralatan Pengaman
Para perencana harus menyadari bahaya
yang ditimbulkan oleh bangunan yang direncana terhadap keamanan umum, terutama
anak–anak. Peralatan pengaman dimasukkan untuk mencegah orang atau ternak masuk
ke saluran, atau membantu keluar orang–orang yang dengan atau tidak masuk ke
dalam saluran. Peralatan pengaman yang dapat dipakai adalah pagar,
pegangan/sandaran, tanda bahaya, kisi–kisi penyaring, tangga dan penghalang di
depan lubang masuk pipa. Karena peralatan pengaman mahal harganya, maka harus
benar–benar diselidiki apakah alat–alat itu memang perlu dipasang.
Paling tidak lubang masuk sipon dan
bangunan–bangunan dengan aliran air yang cepat harus diberi perlindungan. Pagar
atau instalasi kisi – kisi penyaring dimuka lebih disukai untuk
bangunan–bangunan ini, tetapi tali pengamanan di depan lubang masuk dan tangga
pada talut kadang–kadang lebih cocok.
b. Tempat
Cuci
Tempat cuci yang berupa tangga pada
tanggul saluran akan memungkinkan penduduk yang tinggal di daerah dekat saluran
untuk mencapai air saluran. Dengan menyediakan tempat–tempat cuci berarti
mencegah penduduk agar mereka tidak membuat fasilitas – fasilitas itu sendiri
dengan cara merusak atau menghalangi saluran.
Standar Perencanaan tangga cuci
diberikan dalam Standar Bangunan Irigasi, BI – 02.
c. Kolam
mandi ternak
Memandikan ternak (kerbau) di saluran
merupakan penyebab utama semakin rusaknya tanggul saluran di berbagai daerah.
Agar ternak tidak masuk saluran, dibuatlah tempat mandi khusus untuk ternak.
Jika tersedia tempat, kolam ini akan dibuat diluar saluran tetapi diberi air
dari saluran dengan pipa. Kalau tidak cukup tersedia tempat di luar saluran,
kolam mandi ternak dapat dibuat sebagai bagian dari saluran yang diperlebar dan
diberi lindungan. Satu kolam mandi ternak untuk satu desa akan cukup.
Kolam–kolam ini yang dibangun di sepanjang atau di dalam saluran irigasi, hanya
diperlukan jika tak tersedia kolam mandi ditempat–tempat lain, misal di saluran
pembuang atau sungai.
5. Pencegahan Rembesan
a. Dinding
Halang
Dinding–dinding (cut-off wall) yang
dibuat tegak lurus terhadap bangunan merupakan lindungan yang efektif terhadap
rembesan. Dalam teori angka rembesan Lane, dinding vertikal diambil/ dihitung
penuh, sedangkan bidang horisontal hanya diambil 1/3 dari panjangnya.
Dinding halang ditempatkan di bawah
dan di kedua sisi bangunan yang mungkin harus menanggulangi beda tinggi energi
yang besar, seperti : bangunan terjun, bangunan pengatur dan pintu. Bangunan
seperti pipa gorong–gorong dan pipa sipon sangat memerlukan dinding halang di
sekitar pipa untuk mencegah terjadinya rembesan di sepanjang pipa bagian luar. Dinding
halang bisa dibuat tipis karena dinding ini tidak terkena gaya apa pun kecuali
menahan beratnya sendiri.
Pada bangunan pengatur, tepat terbaik
untuk dinding halang adalah di lokasi yang sama dengan lokasi pintu.
b. Koperan
Koperan dibuat di ujung lapis
(lining) keras saluran atau bangunan. Koperan mempunyai dua fungsi :
- Lindungan terhadap erosi
- Lindungan terhadap aliran rembesan
yang terkonsentrasi
Koperan dibuat pada kedalaman minimum
0,60 m
c. Filter
Filter diperlukan untuk mencegah
kehilangan bahan akibat aliran air. Filter dapat dibuat dengan
(1) campuran pasir dan kerikil yang
bergradasi baik,
(2) dengan kain sintetis atau filter
alamiah (ijuk) atau
(3) kombinasi keduanya.
d. Lubang
Pembuang
Lubang–lubang pembuang dapat dibuat
untuk membebaskan tekanan air di belakang dindidng (penahan) dan di bawah
lantai. Gambar 9.11 menunjukkan sebuah tipe lubang pembuang. Lubang pembuang
sebaiknya dipertimbangkan dalam perhitungan perencanaan, karena kapasitasnya
untuk membebaskan tekanan bergantung kepada banyak parameter yang belum
diketahui dan sangat lokal sifatnya.
e. Alur
Pembuang
Alur pembuang berfungsi seperti
lubang pembuang. Kalau lubang pembuang ini berupa titik lubang pembebas
tekanan, maka alur pembuang lebih panjang lagi. Kebanyakan alur pembuang dibuat
di ujung lantai kolam olak atau dipangkal dinding panahan. Kadang–kadang dibuat
alur–alur pembuang pangkal khusus pada sisi kering suatu tanggul (lihat pasal
9.18).
BAB IV
SALURAN IRIGASI
A. SALURAN TANAH TANPA PASANGAN
1.
Perencanaan
Saluran yang Stabil
Untuk pengaliran air irigasi, saluran berpenampang
trapesium tanpa pasangan adalah bangunan pembawa yang paling umum dipakai dan ekonomis.
Perencanaan saluran harus memberikan penyelesaian biaya pelaksanaan dan
pemeliharaan yang paling rendah. Erosi dan sedimentasi di setiap potongan
melintang harus minimal dan berimbang sepanjang tahun. Ruas-ruas saluran harus
mantap. Sedimentasi (pengendapan) di dalam saluran dapat terjadi apabila
kapasitas angkut sedimennya berkurang. Dengan menurunnya kapasitas debit di
bagian hilir dari jaringan saluran, adalah penting untuk menjaga agar kapasitas
angkutan sedimen per satuan debit (kapasitas angakutan sedimen relatif) tetap
sama atau sedikit lebih besar.
Sedimen
yang memasuki jaringan saluran biasanya hanya mengandung partikel . partikel
lempung dan lanau melayang saja (lempung dan lanau dengan d < 0,088 mm).
Partikel-partikel yang lebih besar, kalau terdapat di dalam air irigasi, akan
tertangkap di kantong lumpur di bangunan utama. Kantong lumpur harus dibuat
jika jumlah sedimen yang masuk ke dalam jaringan saluran dalam setahun yang
tidak terangkut ke sawah Kriteria Perencanaan - Saluran (partikel yang lebih
besar dari 0,088 mm), lebih dari 5 % dari kedalaman air di seluruh jaringan
saluran. Jadi, volume sedimen adalah 5 % dari kedalaman air kali lebar dasar
saluran kali panjang total saluran. Gaya erosi diukur dengan gaya geser yang
ditimbulkan oleh air di dasar dan lereng saluran. Untuk mencegah terjadinya
erosi pada potongan melintang gaya geser ini harus tetap di bawah batas kritis.
2. Air irigasi bersedimen di saluran pasangan
Perencanaan saluran dipengaruhi oleh persyaratan
pengangkutan sedimen melalui jaringan dan dengan demikian kriteria angkutan
sedimen mempengaruhi perencanaan.
3. Aliran irigasi bersedimen di saluran tanah
Masalah sedimen dan saluran tanah adalah situasi yang
paling umum dijumpai dalam pelaksanaan irigasi di Indonesia. Kini perencanaan
irigasi sangat dipengaruhi oleh kriteria erosi dan angkutan sedimen.Biasanya
sedimentasi memainkan peranan penting dalam perencanaan saluran primer. Saluran
ini sering direncana sebagai saluran garis tinggi dengan kemiringan dasar yang
terbatas. Saluran sekunder yang dicabangkan dari saluran primer dan mengikuti
punggung sering mempunyai kemiringan dasar sedang dan dengan demikian kapasitas
angkut sedimen relatif lebih tinggi, sehingga kriteria erosi bisa menjadi
faktor pembatas.
a. Rumus Aliran
Untuk perencanaan ruas, aliran saluran dianggap
sebagai aliran tetap, dan untuk itu diterapkan rumus Strickler.
V = K R 2/3 I
= A
A = ( b + m h ) h
P = ( b + 2 h 1 + m2 )
Q = V x A
b = n x h
Dimana :
Q = debit saluran, m3/dt
v = kecepatan aliran, m/dt
A = potongan melintang aliran, m2
R = jari . jari hidrolis, m
P = keliling basah, m
b = lebar dasar, m
h = tinggi air, m
I = kemiringan energi (kemiringan saluran)
k = koefisien kekasaran Stickler, m1/3/dt
m = kemiringan talut (1 vertikal : m horizontal)
b. Koefisien Kekasaran Strickler
Koefisien kekasaran bergantung kepada faktor . faktor
berikut :
- Kekasaran permukaan saluran
- Ketidakteraturan permukaan saluran
- Trase
- Vegetasi (tetumbuhan), dan
- Sedimen
Bentuk dan besar/ kecilnya partikel di permukaan
saluran merupakan ukuran kekasaran. Akan tetapi, untuk saluran tanah ini hanya
merupakan bagian kecil saja dari kekasaran total.
Pada saluran irigasi, ketidak teraturan permukaan yang
menyebabkan perubahan dalam keliling basah dan potongan melintang mempunyai
pengaruh yang lebih penting pada koefisien kekasaran saluran daripada kekasaran
permukaan. Perubahan-perubahan mendadak pada permukaan saluran akan memperbesar
koefisien kekasaran. Perubahan-perubaban ini dapat disebabkan oleh penyelesaian
konstruksi saluran yang jelek atau karena erosi pada talut saluran. Terjadinya
riak-riak di dasar saluran akibat interaksi aliran di perbatasannya juga
berpengaruh terhadap kekasaran saluran. Pengaruh vegetasi terhadap resistensi
sudah jelas panjang dan kerapatan vegetasi adalah faktor-faktor yang
menentukan. Akan tetapi tinggi air dan kecepatan aliran sangat membatasi
pertumbuhan vegetasi. Vegetasi diandaikan minimal untuk harga-harga k yang
dipilih dan dipakai dalam perencanaan saluran. Pengaruh trase saluran terhadap
koefisien kekasaran dapat diabaikan, karena dalam perencanaan saluran tanpa
pasangan akan dipakai tikungan berjari-jari besar. Pengaruh faktor-faktor di
atas terhadap koefisien kekasaran saluran akan bervariasi menurut ukuran
saluran. Ketidak teraturan pada permukaan akan menyebabkan perubahan kecil di
daerah potongan Kriteria Perencanaan – Saluran melintang di saluran yang besar
daripada di saluran kecil.
b. Sedimentasi
Kecepatan minimum yang diizinkan adalah kecepatan
terendah yang tidak akan menyebabkan pengendapan partikel dengan diameter
maksimum yang diizinkan (0.088 mm).Tetapi secara kuantitas baru sedikit yang
diketahui mengenai hubungan antara karakteristik aliran dan sedimen yang ada.
Untuk perencanaan saluran irigasi yang mengangkut sedimen, aturan perencanaan
yang terbaik adalah menjaga agar kapasitas angkutan sedimen per satuan debit
masing ruas saluran di sebelah hilir setidak-tidaknya konstan.Dengan
berdasarkan rumus angkutan sedimen Einstein-Brown dan Englund Hansen, maka
Karena rumus-rumus ini dihubungkan dengan saluran yang relatif lebar,
dianjurkan agar harga I¡Ã®h bertambah besar ke arah hilir guna mengkompensasi
pengaruh yang ditimbulkan oleh kemiringan talut saluran. Ini menghasilkan
kriteria bahwa I¡Ã®R adalah konstan atau makin besar ke arah hilir. Kecuali pada
penggal saluran sebelah hulu bangunan pengeluar sedimen (sediment excluder). Jika
diikuti kriteria I¡Ã®R konstan, sedimentasi terutama akan terjadi pada ruas hulu
jaringan saluran. Biasanya jaringan saluran akan direncana dilengkapi dengan
kantong lumpur atau excluder (bangunan penangkap sedimen kasar yang mengalir
didasar saluran ) yang dibangun dekat dengan bangunan pengambilan di sungai. Jika
semua persyaratan telah dipenuhi, bangunan ini akan memberikan harga I¡Ã®R untuk
jaringan saluran hilir.
c. Erosi
Kecepatan maksimum yang diizinkan adalah kecepatan
aliran (rata-rata) maksimum yang tidak akan menyebabkan erosi di permukaan
saluran. Konsep itu didasarkan pada hasil riset yang diadakan oleh US Soil
Conservation Service (USDA - SCS, Design of Open Channels, 1977) dan hanya
memerlukan sedikit saja data lapangan seperti klasifikasi tanah (Unified
System), indeks plastisitas dan angka pori.
4. Geometri
Untuk mengalirkan air dengan penampang basah sekecil
mungkin, potongan melintang yang berbentuk setengah lingkaran adalah yang
terbaik.
Usaha untuk mendapatkan bentuk yang ideal dari segi
hidrolis dengan saluran tanah berbentuk trapesium, akan cenderung menghasilkan
potongan melintang yang terlalu dalam atau sempit. Hanya pada saluran dengan
debit rencana sampai dengan 0,5 m3/dt saja yang potongan melintangnya dapat
mendekati bentuk setengah lingkaran. Saluran dengan debit rencana yang tinggi
pada umumnya lebar dan dangkal dengan perbandingan b/h (n) sampai 10 atau
lebih.
Harga n yang tinggi untuk debit-debit yang lebih besar
adalah perlu, sebab jika tidak, kecepatan rencana akan melebihi batas kecepatan
maksimum yang diizinkan. Lebih-lebih lagi, saluran yang lebih lebar mempunyai
variasi muka air sedikit saja dengan debit yang berubah-ubah, dan ini
mempermudah pembagian air. Pada saluran yang lebar, efek erosi atau pengikisan
talut saluran tidak terlalu berakibat serius terhadap kapasitas debit. Dan
karena ketinggian air yang terbatas, kestabilan talut dapat diperoleh tanpa memerlukan
bahu (berm) tambahan. Kerugian utama dari saluran yang lebar dan dangkal adalah
persyaratan pembebasan tanah dan penggaliannya lebih tinggi, dan dengan
demikian biaya pelaksanaannya secara umum lebih mahal. Untuk tanggul yang
tingginya lebih dari 3 m lebar bahu (berm) tanggul harus dibuat
sekurang-kurangnya 1 m (setiap 3 m). Bahu tanggul harus dibuat setinggi muka
air rencana di saluran. Untuk kemirinan luar, bahu tanggul (jika perlu) harus
terletak di tengah-tengah antara bagian atas dan pangkal tanggul.
5. Lengkung Saluran
Lengkung yang diizinkan untuk saluran tanah bergantung
kepada:
- Ukuran dan kapasitas saluran
- Jenis tanah
- Kecepatan aliran.
Jari-jari minimum lengkung seperti yang diukur pada as
harus diambil sekurang-kurangnya 8 kali lebar atas pada lebar permukaan air
rencana.
Panjang pasangan harus dibuat paling sedikit 4 kali
kedalaman air pada tikungan saluran.
Jari-jari minimum untuk lengkung saluran yang diberi
pasangan harus seperti berikut
- 3 kali lebar permukaan air untuk saluran-saluran
kecil (< 0,6 m3/dt), dan sampai dengan
- 7 kali lebar permukaan air untuk saluran-saluran
yang besar (> 10 m3/dt).
6. Tinggi Jagaan
Tinggi jagaan bergunan untuk :
- Menaikkan muka air di atas tinggi muka air maksimum
- Mencegah kerusakan tanggu saluran
Meningginya muka air sampai di atas tinggi yang telah
direncana bisa disebabkan oleh penutupan pintu secara tiba-tiba disebelah
hilir, variasi ini akan bertambah dengan membesarnya debit. Meningginya muka
air dapat pula diakibatkan oleh pengaliran air buangan ke dalam saluran.
7. Lebar Tanggul
Jalan inspeksi terletak ditepi saluran di sisi yang
diairi agar bangunan sadap dapat dicapai secara langsung dan usaha penyadapan
liar makin sulit dilakukan. Lebar jalan inspeksi dengan perkerasan adalah 5,0 m
atau lebih, dengan lebar perkerasan sekurang-kurangnya 3,0 meter.
8. Garis Sempadan Saluran
Penetapan garis sempadan jaringan irigasi ditujukan
untuk menjaga agar fungsi jaringan irigasi tidak terganggu oleh aktivitas yang
berkembang disekitarnya.
Prinsip dasar penentuan garis sempadan saluran adalah
untuk memperoleh ruang keamanan saluran irigasi sehingga aktivitas yang
berkembang diluar garis tersebut tidak mempengaruhi kestabilan saluran, yang
ditunjukkan oleh batas daerah gelincir. Pada saluran bertanggul, batas gelincir
dipengaruhi oleh jenis tanah yang dipakai sebagai bahan badan tanggul, jenis
tanah dasar, ketinggian tanggul dan kemiringan tanggul. Pada saluran galian,
batas gelincir dipengaruhi oleh jenis tanah asli, kemiringan galian dan tinggi
galian.
Pada kasus dimana bahan timbunan untuk tanggul saluran
diambil dari galian tanah disekitar saluran, maka galian tanah harus terletak
diluar garis sempadan saluran.
1. Garis sempadan saluran irigasi tak bertanggul
- Garis sempadan saluran irigasi tak bertanggul
sebagaimana tercantum dalam Gambar 3.6 ini jaraknya diukur dari tepi luar parit
drainase di kanan dan kiri saluran irigasi.
- Jarak garis sempadan sekurang-kurangnya sama dengan
kedalaman saluran irigasi
- Untuk saluran irigasi yang mempunyai kedalaman
kurang dari satu meter, jarak garis sempadan sekurang-kurangnya satu meter.
2. Garis sempadan saluran irigasi bertanggul
3. Garis sempadan saluran irigasi pada lereng/tebing
a. diukur dari tepi luar parit drainase untuk sisi
lereng di atas saluran
b. diukur dari sisi luar kaki tanggul untuk sisi
lereng di bawah saluran
4. Garis sempadan saluran pembuang irigasi
- Garis sempadan saluran pembuang irigasi tak
bertanggul jaraknya diukur dari tepi luar kanan dan kiri saluran pembuang
irigasi dan garis sempadan saluran pembuang irigasi bertanggul diukur dari sisi
luar kaki tanggul
- Garis sempadan saluran pembuang irigasi jaraknya
diukur dari sisi/tepi luar saluran pembuang irigasi atau sisi/tepi luar jalan
inspeksi.
9. Perencanaan Saluran Gendong
Debit drainasi ditentukan untuk menentukan kapasitas
dan dimensi bangunan saluran drainasi untuk membuang kelebihan air yang ada di
permukaan (drainasi permukaan) terutama yang berasal dari daerah perbukitan
(hilly area). Kapasitas debit drainasi ini menentukan dimensi saluran dan
kemiringan memanjang dari saluran.
10. Potongan Memanjang
a. Muka air yang diperlukan
Tinggi muka air yang diinginkan dalam jaringan utama
didasarkan pada tinggi muka air yang diperlukan di sawah-sawah yang diairi
Prosedurnya adalah pertama-tama menghitung tinggi muka air yang diperlukan di
bangunan sadap tersier. Lalu seluruh kehilangan di saluran kuarter dan tersier
serta bangunan dijumlahkan menjadi tinggi muka air di sawah yang diperlukan
dalam petak tersier.Ketinggian ini ditambah lagi dengan kehilangan tinggi
energi di bangunan sadap tersier dan longgaran (persediaan) untuk variasi muka
air akibat eksploitasi jaringan utama pada tinggi muka air parsial (sebagian). Untuk
irigasi yang lebih luas (skala besar) perlu perhitungan yang lebih teliti
mendekati kebenaran. Yaitu dengan memperhitungkan adanya pengaruh pembendungan
(back water) dari bangunan hilir (downstream) terhadap bangunan hulu (up
stream). Hal ini akan menyebabkan pengurangan kehilangan tinggi yang
dibutuhkan. Akumulasi pengurangan tinggi dalam seluruh sistem dapat mempunyai
nilai yang perlu dipertimbangkan. Setelah debit kebutuhan air dihitung, maka
didapatkan debit kebutuhan air selama setahun serta debit maksimum kebutuhan
air pada periode satu mingguan atau dua mingguan tertentu. Debit maksimum (Q
maks) yang didapat dalam kenyataan operasinya hanya dialirkan selama satu
minggu atau dua minggu pada periode sesuai kebutuhannya. Selain dari debit,
dalam melakukan desain saluran, elevasi muka air di saluran ditentukan
berdasarkan ketinggian sawah, kemiringan saluran dan kehilangan tinggi di
bangunan tersier, dimana elevasi tersebut harus terpenuhi supaya jumlah air
yang masuk ke sawah sesuai dengan kebutuhan. Jika dalam perhitungan dimensi
saluran menggunakan Q maks dengan ketinggian muka air H yang kejadiannya selama
satu minggu atau dua minggu saja selama setahun, maka ketika Q lebih kecil dari
Q maks akibatnya ketinggian muka air lebih kecil dari H dan akan mengakibatkan
tidak terpenuhinya elevasi muka air yang dibutuhkan untuk mengalirkan air ke
sawah sehingga debit yang dibutuhkan petak tersier tidak terpenuhi. Untuk
mengatasi ini maka pintu pengatur muka air diturunkan sedemikian sehingga muka
air naik pada elevasi yang dibutuhkan untuk air sampai disawah. Berdasarkan
pemikiran diatas yang menjadi permasalahan adalah berapa pengurangan yang masih ditolerir sehingga pembagian air
tidak terganggu tanpa menyetel bangunan pengatur muka air. Kalau toleransi
pengurangan debit kecil, maka frekuensi penyetelan bangunan pengatur akan menjadi
lebih sering; sebaliknya jika toleransi debit besar maka frekuensi penyetelan
menjadi jarang. Angka yang cukup memadai adalah penggunaan Q 85% dengan
ketinggian 0.90 H. Longgaran untuk variasi muka air ¥Ã„h ditetapkan: 0,10 hlOO
(0,10 x kedalaman air rencana) ; 0,90 hlOO adalah kedalaman air perkiraan pada
85 persen dari Qrencana.
Apabila prosedur ini menyebabkan muka air jaringan
utama naik di atas muka tanah, maka pengurangan tinggi muka air tersier dapat
dipertimbangkan.
b. Kemiringan Memanjang
Kemiringan memanjang ditentukan terutama oleh keadaan
topografi, kemiringan saluran akan sebanyak-mungkin mengikuti garis muka tanah
pada trase yang dipilih. Kemiringan memanjang saluran mempunyai harga maksimum
dan minimum. Usaha pencegahan terjadinya sedimentasi memerlukan kemiringan
memanjang yang minimum. Untuk mencegah terjadinya erosi, kecepatan maksimum
aliran harus dibatasi.
- Kemiringan Minimum
- Kemiringan maksimum
- Perencanaan Kemiringan Saluran
11. Sipatan Penampang Saluran Tanah
Sipatan penampang saluran tanah diperlukan dalam
rangka mempermudah pemeliharaan saluran di kemudian hari. Pada saluran tanah
(tanpa pasangan) yang masih baru, as saluran , batas tanggul, lebar tanggul
masih terlihat profilnya, namun dengan berjalannya waktu tanda . tanda tadi
akan makin kabur, bahkan as saluran tidak pada as rencana saluran tadinya.
Dibeberapa tempat saluran sudah tidak lagi lurus atau pada belokan telah
berubah jari . jari kelengkungannya. Hal ini akan merupakan kendala pada waktu
akan dilakukan rehabilitasi saluran. Sipatan penampang yang dimaksud dapat
dilakukan dengan cara membuat sipatan lining dari pasangan batu/beton dengan
lebar 0,5 . 1,00 m. Penempatan sipatan minimal 3 sipatan dalam 1 ruas saluran
maksimum 300 m antar sipatan.
B. SALURAN PASANGAN
1. Kegunaan Saluran Pasangan
Saluran pasangan (lining) dimaksudkan untuk :
- Mencegah kehilangan air akibat rembesan
- Mencegah gerusan dan erosi
- Mencegah merajalelanya tumbuhan air
- Mengurangi biaya pemeliharaan
- Memberi-kelonggaran untuk lengkung yang lebih besar
- Tanah yang dibebaskan lebih kecil
Tanda-tanda adanya kemungkinan terjadinya perembesan
dalam jumlah besar dapat dilihat dari peta tanah. Penyelidikan tanah dengan
cara pemboran dan penggalian sumuran uji di alur saluran akan lebih banyak
memberikan informasi mengenai kemungkinan terjadinya rembesan. Pasangan mungkin
hanya diperlukan untuk ruas-ruas saluran yang panjangnya terbatas.
2. Jenis – jenis Pasangan
Banyak bahan yang dapat dipakai untuk pasangan saluran
(lihat FAO Kraatz, 1977). Tetapi pada prakteknya di Indonesia hanya ada empat
bahan yang dianjurkan pemakaiannya :
- Pasangan batu
- Beton,
- Tanah
- Dapat juga menggunakan Beton Ferro cement
Pembuatan pasangan dari bahan-bahan
lain tidak dianjurkan, dengan alasan sulitnya memperoleh persediaan bahan,
teknik pelaksanaan yang lebih rumit dan kelemahan-kelemahan bahan itu sendiri.
Pasangan batu dan beton lebih cocok untuk semua keperluan, kecuali untuk
perbaikan stabilitas tanggul. Pasangan tanah hanya cocok untuk pengendalian
rembesan dan perbaikan stabilitas tanggul. Tersedianya bahan di dekat tempat
pelaksanaan konstruksi merupakan faktor yang penting dalam pemilihan jenis
pasangan. Jika bahan batu tersedia, maka pada umumnya dianjurkan pemakaian
pasangan batu. Pasangan dari bata merah mungkin bisa juga dipakai. Aliran yang
masuk ke dalam retak pasangan dengan kecepatan tinggi dapat mengeluarkan
bahan-bahan pasangan tersebut. Kecepatan maksimum dibatasi dan berat pasangan
harus memadai untuk mengimbangi gaya tekan ke atas. Sebagai alternatif
jenis-jenis lining, dewasa ini sudah mulai banyak diaplikasikan penggunaan
material ferrocemen untuk saluran irigasi dan bangunan air. Struktur ferosemen
yang mudah dikerjakan dan ramah lingkungan sangat cocok untuk diterapkan
diberbagai bentuk konstruksi. Bentuk penulangan yang tersebar merata hampir
diseluruh bagian struktur memungkinkan untuk dibuat struktur tipis dengan
berbagai bentuk struktur sesuai dengan kreasi perencananya.
a. Lining
Permukaan Keras
Lining Permukaan keras, dapat terdiri
dari plesteran pasangan batu kali atau beton. Tebal minimum untuk pasangan batu
diambil 30 cm. Untuk beton tumbuk tebalnya paling tidak 8 cm, untuk saluran
kecil yang dikonstruksi dengan baik (sampai dengan 6 m3/dt),
dan 10 cm untuk saluran yang lebih besar. Tebal minimum pasangan beton
bertulang adalah 7 cm. Tebal minimum pasangan beton ferrocement adalah 3 Cm.
Untuk pasangan semen tanah atau semen tanah yang dipadatkan, tebal minimum
diambil 10 cm untuk saluran kecil dan 15 cm untuk saluran yang lebih besar.
b. Tanah
Tebal pasangan tanah diambil 60 cm
untuk dasar saluran dan 75 cm untuk talut saluran. Pasangan campuran
(kombinasi) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1 dapat dipakai juga.
Pemilihan jenis pasangan akan bergantung kepada kondisi dan bahan yang tersedia.
Detail konstruksi pasangan diperlihatkan dalam Gambar Perencanaan Standar.
c. Lining
Ferrocemen
Ferrocement
adalah suatu tipe dinding tipis beton bertulang yang dibuat dari mortar semen
hidrolis diberi tulangan dengan kawat anyam/kawat jala (wiremesh) yang menerus
dan lapisan yang rapat serta ukuran kawat relatif kecil. Anyaman ini bisa
berasal dari logam atau material lain yang tersedia. Kehalusan dan komposisi
matriks mortar seharusnya sesuai dengan sistem anyaman dan selimut
(pembungkusnya). Mortar yang digunakan dapat juga diberi serat / fiber.
Perbedaan ferosemen dengan beton
bertulang antara lain :
1. Sifat Fisik
• Lebih tipis
• Memiliki tulangan yang
terdistribusi pada setiap ketebalannya
• Penulangan 2 arah
• Matriksnya hanya terdiri dari
agregat halus dan semen
2. Sifat Mekanik
• Sifat-sifat seragam dalam 2 arah
• Umumnya memiliki kuat tarik dan
kuat lentur yang tinggi
• Memiliki ratio tulangan yang tinggi
• Proses retak dan perluasan retak
yang berbeda pada beban tarik
• Duktilitas meningkat sejalan dengan
peningkatan rasio tulangan anyam
• Kedap air tinggi
• Lemah terhadap temperatur tinggi
• Ketahanan terhadap beban kejut
lebih tinggi
3. Proses / pembuatan / pemeliharaan
/ perbaikan
• Metode pembuatan berbeda dengan
beton bertulang
• Tidak memerlukan keahlian khusus.
• Sangat mudah dalam perawatan dan
perbaikan
• Biaya konstruksi untuk aplikasi di
laut lebih murah dibandingkan kayu, beton bertulang
• material komposit.
C.
TEROWONGAN DAN SALURAN TERTUTUP
1. Topografi
Trase saluran terpendek mungkin melintasi dataran/
tanah tinggi atau, daerah berbukit-bukit. Dalam hal ini akan dipertimbangkan
penggalian yang dalam atau pembuatan terowongan sebagai alternatif dari
pembuatan trase yang panjang dengan tinggi muka tanah yang lebih rendah. Biaya
pembuatan saluran juga akan, dibandingkan dengan biaya per meter untuk
pembuatan terowongan atau saluran tertutup.
2. Geologi
Tipe serta kualitas tanah dan batuan penutup
mempengaruhi cara pelaksanaan dan biayanya. Dibutuhkan keterangan mengenai
tanah dan batuan pada trase yang dipertimbangkan, guna mengevaluasi alternatif
perencanaan. Khususnya untuk alternatif terowongan, perencanaan akan mencakup
biaya/ perbandingan berdasarkan hasil-hasil penyelidikan geologi teknik
pendahuluan. Langkah berikutnya yang harus diambil adalah penyelidikan detail
dan studi tentang alternatif yang dipilih.
3. Kedalaman galian
Pada umumnya, galian sedalam 10 m akan mengacu pada
dibuatnya terowongan. sebagai cara pemecahan paling efektif. Panjang total
terowongan serta kondisi geologi teknik dapat sedikit mempengaruhi angka
penutup 10 m tersebut.
4. Kondisi Air tanah
Aspek-aspek berikut harus diperhatikan kondisi air
tanah :
• tekanan total di dalam trase akan memerlukan
pasangan yang cukup kuat di sepanjang bangunan dan hal ini secara langsung
menambah biaya pelaksanaan.
• air yang membawa partikel-partikel tanah bisa
mempersulit pelak-sanaan terowongan.
• aliran air di permukaan dapat mempersulit
pelaksanaan penggalian dan penimbunan saluran.
BAB V
PETAK IRIGASI
A.
Petak tersier
Perencanaan dasar yang berkenaan dengan unit tanah
adalah petak tersier. Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur
pada bangunan sadap (off take) tersier yang menjadi tanggung jawab Dinas
Pengairan. Bangunan sadap tersier mengalirkan airnya ke saluran tersier. Di
petak tersier pembagian air, eksploitasi dan pemeliharaan menjadi tanggung
jawab para petani yang bersangkutan, di bawah bimbingan pemerintah. Ini juga
menentukan ukuran petak tersier. Petak yang kelewat besar akan mengakibatkan
pembagian air menjadi tidak efisien. Faktor-faktor penting lainnya adalah
jumlah petani dalam satu petak, jenis tanaman dan topografi. Di daerah-daerah
yang ditanami padi luas petak tersier idealnya maksimum 50 ha, tapi dalam
keadaan tertentu dapat ditolelir sampai seluas 75 ha, disesuaikan dengan
kondisi topografi dan kemudahan eksploitasi dengan tujuan agar pelaksanaan
Operasi dan Pemeliharaan lebih mudah. Petak tersier harus mempunyai batas-batas
yang jelas seperti misalnya parit, jalan, batas desa dan batas perubahan bentuk
medan (terrain fault). Petak tersier dibagi menjadi petak-petak kuarter,
masing- masing seluas kurang lebih 8 - 15 ha.
Apabila keadaan topografi. memungkinkan, bentuk petak
tersier sebaiknya bujur sangkar atau segi empat untuk mempermudah pengaturan
tata letak dan memungkinkan pembagian air secara efisien. Petak tersier harus
terletak langsung berbatasan dengan saluran sekunder atau saluran primer.
Perkecualian: kalau petak-petak tersier tidak secara langsung terletak di sepanjang
jaringan saluran irigasi utama yang dengan demikian, memerlukan saluran tersier
yang membatasi petak-petak tersier lainnya, hal ini harus dihindari.
Panjang saluran tersier sebaiknya
kurang dari 1.500 m, tetapi dalam kenyataan kadang-kadang panjang saluran ini
mencapai 2.500 m. Panjang saluran kuarter lebih baik di bawah 500 m, tetapi
prakteknya kadang-kadang sampai 800 m.
B. Petak sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa
petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya
petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer
atau sekunder. Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda-tanda
topografi yang jelas, seperti misalnya saluran pembuang. Luas petak sekunder
bisa berbeda-beda, tergantung pada situasi daerah. Saluran sekunder sering
terletak di punggung medan mengairi kedua sisi saluran hingga saluran pembuang
yang membatasinya. Saluran sekunder boleh juga direncana sebagai saluran garis
tinggi yang mengairi lereng-lereng medan yang lebih rendah saja.
C. Petak primer
Petak primer terdiri dari beberapa
petak sekunder, yang mengambil air langsung dari saluran primer. Petak primer
dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil airnya langsung dari sumber
air, biasanya sungai. Proyek-proyek irigasi tertentu mempunyai dua saluran
primer. Ini menghasilkan dua petak primer. Daerah di sepanjang saluran primer
sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan cara menyadap air dari saluran
sekunder.
nice share gan,...
BalasHapusmampir juga ke blog ane lah, thanx,...
http://penafitriya.blogspot.com/